Friday, December 7, 2018
4 Tahun Pertama Pernikahan
Wednesday, December 5, 2018
[PRINTABLE] Sayyidul Istighfar
Ya, hari pertama sudah lasut karena belum punya tally counter alias tasbih digital (alasan macam apa itu). Karena udah lama ngga punya tasbih dan kalau dzikir hanya memanfaatkan ruas jari tangan ;)
Yang kedua, kadang suka lupa-lupa gitu. Jadi akhirnya bikin file buat di print. Dipikir-pikir saya suka ngedit markom jualan aja dipakein hiasan, masa yang beginian ga dihias. Hehehe. Ya sudah dihias dulu, meskipun powered by Canva ya hehe. Nah, buat yang belum hapal betul bisa tempel print an nya di rumah masing-masing yah.
Supaya semangat bisa download printable nya disini yahh :)
Versi PNG & Versi PDF (printable) Download di sini
Semoga Bermanfaat
Hey, Reclaim Your Heart! Part. 1
“Tadinya saya menyangka bahwa cinta terhadap dunia berarti terikat pada hal-hal yang bersifat material. dan saya tidak mengikatkan diri pada materi. Saya terikat pada manusia. Saya terikat pada momen. Saya terikat pada emosi. Maka tadinya saya menyangka bahwa cinta terhadap dunia tidak berlaku pada diri saya. Saya tidak menyadari bahwa manusia, momen, emosi merupakan bagian dari dunia.”…“Saya mengharapkan kehidupan ini menjadi sempurna, kondisi yang tidak akan pernah terjadi sampai kapanpun. Sebagai seorang yang idealis, saya berjuang dengan setiap sel tubuh saya untuk melakukannya. hidup saya haruslah sempurna. Saya memberikan darah, keringat, dan air mata dalam ikhtiar ini : mengubah dunia menjadi Jannah. Ini berarti mengharapkan orang orang di sekitar saya untuk menjadi sempurna. Mengharapkan hubungan saya menjadi sempurna. Mengharapkan terlalu banyak dari orang-orang di sekitar saya dan dari hidup saya.”
“Barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhbul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami.”
Tuesday, May 29, 2018
Bunda.. Jangan Mandi
Sudah jadi rahasia umum bagi para ibu ibu beranak bayi balita, bahwa pergi mandi terkadang jadi barang yang mewah.
Terutama di usia usia tertentu, buang air saja terkadang pintu harus terbuka lebar, atau si balita harus ikut nongkrong di dalem toilet sambil nemenin bundanya.
Ada juga yang harus mendengar tangisan super keras dari sang balita dari luar pintu kamar mandi, yang membuat orang luar akan berpikir macam macam.
Itu semua pilihan, pilihan yang sulit. Hihi
Pada fase ini, haidar di usianya yang 32 bulan (2 tahun 8 bulan) masih juga begitu. Katanya "Bunda, jangan mandii.. " diiringi tangisan bak bunda mau mudik ngga balik balik.
"iya, bunda ngga akan mandi lagi, kan tadi udah. "
"Bunda jangan mandii.. "
Begitulah.
Separation anxiety sebuah kondisi dimana anak mengalami kecemasan karena merasa jauh dari orang tuanya. Hal yang wajar dan memang masanya, yang perly diketahui orangtua.
Tak jarang orangtua yang menjadi begitu stress ketika anak balitanya tak bisa lepas dari dirinya.
Semoga kita bisa menikmati setiap masa balita kita ya
Sunday, March 25, 2018
Kreativitas dan Bagaimana Menjadi Ibu Kreatif
Friday, March 16, 2018
Surat Cinta Dari Bunda : Kebaikan Ayahmu
Surat Cinta Dari Bunda : Jangan Marah
Dear Anak Kesayangan Bunda,
Baru kali ini bunda sadari, betapa sudah jarang sekali bunda memberimu nasihat.
.
Tanpa bunda sadari, mungkin belakangan ini bunda terlalu takut ucapan bunda menyakiti orang sekitar. Padahal kebenaran tetap harus dikatakan, dan mengatakan kebenaran itu meski pahit tetapi lebih baik daripada pengabaian
.
Sulit memberi nasihat, terlebih karena mungkin hati sedang bernoda. Ya, kau perlu tahu bahwa hati mungkin menjadi keruh karena dosa. Nasihat menjadi tak bermakna, manakala apa yang kita katakan begitu sulit kita lakukan.
.
Mulai hari ini, ingatkan bunda untuk memberimu nasihat ya?
.
.
*
Jangan marah,
Jangan marah,
Jangan marah.
Maka bagimu surga.
Hati yang diliputi kemarahan, tak mampu menangkap logika dengan baik. Itulah kenapa, tersebut oleh nabi bahwa orang yang kuat bukanlah orang yang fisiknya kuat, tetapi yang mampu menahan amarahnya.
Otoritas diri yang lebih tinggi, membuat diri merasa pantas memarahi lawan bicara. Padahal tak ada manfaat dari kemarahan itu sendiri selain menorehkan luka.
Bunda tahu, terkadang pukulan kecilmu hanya perwujudan dari caramu melindungi dirimu, bagian dari naluri kemanusiaanmu.
Namun bunda yang kurang sabar, tak jarang tersulut api amarah, kemudian menuruti hawa nafsu dengan memarahimu.
Ah, malu sekali.
Padahal bunda sudah lebih besar dari mu, sudah sepatutnya bisa menjaga diri.
Kelak, jadilah orang yang mampu menjaga diri, menjaga agar tidak suka marah marah padahhal yang tak diperlukan.
Semoga selama ini bunda cukup ikhtiar memenuhi kebutuhan emosionalmu, hingga pada saatnya nanti, kau sudah cukup matang untuk bersikap lebih bijaksana.
Salam, bunda. :)
Monday, February 19, 2018
Dan Posting di Medsos Untuk Apa?
Di tengah kegiatan saya ngapload dokumentasi Bunda Sayang dari instagram ke album facebook, kemudian saya berhenti sejenak. Berpikir kembali, "kenapa saya harus melakukan ini?"
Sudah saya tulis di instagram lalu kenapa perlu repot di upload lagi ke album facebook?
😅😅
Sebetulnya sekarang saya bukan orang yang senang mengunggah beraneka aktivitas pribadi di sosial media, apalagi facebook. Tapi saya suka sedih sendiri karena banyak hal yang sering saya lupakan kalau saya ngga mendokumentasikannya.
Dari postingan saya juga, harapannya saya tetap bisa memberikan manfaat buat orang lain walau terkendala jarak dan waktu.
Sekali sekali ngga apa ya, sambil jualan, sambil sharing, sambil berbagi informasi kegiatan. :)
Lurusin niat aja ya.
Wednesday, January 24, 2018
Kuli Pofesional - Renungan dari Robohnya Selasar Gedung BEI Jakarta
TMC POLDA METRO JAYA |
Tuesday, January 23, 2018
Drama Anak Tantrum Mulai Usia 2 Tahunan
Tangisanku terhenti sejenak. Bocah berusia 2 tahun lewat 4 bulan itupun sudah terlelap di pelukanku sehabis menangis hebat.
Sehabis pulang dari pasar tadi kami mampir sejenak ke buyutnya, maksud hati agar anakku mau bermain disana barang sejam dua jam. Sudah sekian lama tak main disana, karena sesuatu.
Untuk mengalihkan perhatiannya, sempat kubelikan jam tangan spinner 25ribuan di pasar tadi, berharap moodnya bagus dan saat ke uyutnya ia akan mau ditinggal.
Ternyata sama seperti saat berangkat tadi, ia melantai, menangis rewel dan tak mau. Minta digendong dan ingin pulang.
Kalau anakku bilang ngga mau, Aku juga tak bisa membiarkan anakku disana. Maka segera kuajak haidar untuk sekedar salam, namun juga tak mau.
Kupikir ia akan mereda, dalam perjalanan pulang yang hanya sekitar 10meter menuju rumah, anakku mulai memukul marah dan menangis lagi. Barangkali mau di uyutnya lagi? Ternyata tidak juga. Kubawa saja pulang, ia mengantuk.
Sampai depan teras, ia tak mau masuk rumah, berdiam dipagar sambil menangis keras. Alhamdulillah aku masih belum baper, masih santai, hanya heran saja.
Tak mau masuk, akupun masuk ke dalam rumah, dan tangisannya semakin kencang. Singkat cerita ia pun mau digendong dan masuk ke dalam rumah
Tak berhenti sampai disitu, tangisnya mulai lagi. Meronta ronta, gerakan tangannya memukul, gerakan kakinya menendang. Ku tahan dan bilang "kalau marah itu boleh, tapi ngga boleh memukul atau nendang, bunda ngga suka." Belum mempan, saya menjauh dan masuk ke dalam kamar, menutup pintu.
Dipersingkat lagi, tangisanku akhirnya pecah. Ingat beberapa hari sebelumnya ini pernah terjadi, dengan kejadian yang persis. Apakah trauma ya sampai kejadian yang hampir sama walau tak ada penyulutnya, menghasilkan kemarahan yang sama. Bisa jadi, karena ia masih kecil dan apa apa yang terjadi saat kecil begitu membekas.
Ketika tangisanku pecah sambil meringkuk di atas kasur, ia kemudian masuk ke pelukanku. Saling meminta maaf, dan tak lama ia tertidur.
Ya Allah..
Selasa, 23 Januari 2018
Seorang bunda yang masih belajar dan berusaha melakukan yang terbaik.
Kutulis untuk jadi pengingat, dan kelak evaluasi. Betapa bunda masih sangat perlu belajar perlu sabar. Saat Haidar 2 tahun 4 bulan. Maafkan bunda ya, semoga kita selalu disayang Allah
Saturday, January 13, 2018
Diam
Tak pernah terbayang sebelumnya, ia akan menjadi selayaknya “monster” yang terpancing balas meneriaki balitanya.
Segala kesempurnaan menjadi ibu yang pernah ia bayangkan sebelum menikah dulu, kandas semua. Ah, ternyata sebegitu susahnya menjadi ibu.
Ia lalu menutup pintu dan masuk ke dalam kamar. Maksud hati menenangkan diri dan menjauh dari kalimat-kalimat emosi lainnya, balitanya menangis semakin menjadi.
Tumpah pula tangisannya. Mencoba mendekap anak semata wayangnya itu, tak lama justru tendangan kuat bocah kecil itu mendarat di badannya.
Hanya tuhan yang tahu betapa menghayatinya ia berucap istighfar saat itu. Hanya tuhan pula yang tahu, seberapa besar kadar emosinya sudah memuncak.
Ahh, tak pernah terbayang ia akan bersikap seperti itu.
Ia rebahkan dirinya di atas kasur, sementara sang anak tetap merengek menangis.