Wednesday, January 24, 2018

Kuli Pofesional - Renungan dari Robohnya Selasar Gedung BEI Jakarta

Siapa sangka, gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta yang megah itu, bisa "memakan" 72 korban luka akibat robohnya selasar lantai 2 nya? (sumber)
TMC POLDA METRO JAYA

Baiklah, walaupun saya sudah lama tak update blog *kerik lumut*, boleh ya sedikit-sedikit mulai menulis lagi. Berusaha tetap uptodate dengan berita yang ada sambil tetap beraktivitas sebagai emak-emak hehe. Sambil nyetrika, saya dengar diskusi tentang kontraktor dari suatu projek pemerintah.

Sebelumnya, harap maklum ya kalau banyak penggunaan istilah yang salah, dan juga kalau susunan kalimatnya agak acakadut. Hanya mau share sedikit tentang sebuah hikmah yang saya coba tangkap dari diskusi para pakar tersebut.

*

Sudah jadi hal yang wajar ketika sebuah proyek besar dilakukan oleh orang yang besar, sebut saja Proyek Nasional Pemerintah, tentu tak sembarangan. Banyak faktor yang pasti terlibat. Kredibilitas perusahaan, arsiteknya, pemilihan materialnya, pekerjanya, waktu pengerjaannya, pemeliharaannya, dan lain-lain.

Salah satu yang di highlight saya, adalah perkataan narasumber saat itu:
"Perusahaan mungkin boleh bonafit, terpercaya. Tapi ketika sesuatu berhubungan dengan manusia sebagai pekerja, sangat mungkin ada human error. Diantara sebegitu banyak SDM (buruh bangunan)  yang diperlukan, kita kan ngga tau kinerja atau perfomancenya di waktu tertentu seperti apa, misalnya."

*
Tentu saja dengan faktor yang banyak, kita tak bisa menggeneralisir. Namun karena pada dasarna saya tertarik dengan faktor manusianya, maka terkait kualitas manusia, ini yang jadi saya pikirkan:

Oh Ternyata,
Kalau Mau Jadi Kuli Sekalipun, Jadilah Kuli Yang Profesional!


Profesi kuli mungkin masih dianggap sebelah mata, kerjanya yang tak selalu tentu ada, dan resiko kematian tinggi juga melekat. Gedung baru yang indahpun selalu disematkan pada sang perancang/arsiteknya. Tak ada yang menyematkannya pada Sang Kuli Bangunan, kan?


Tapi, Hal kecil sekalipun memang harus dilakukan sepenuh hati, oleh seseorang yang punya kualitas baik. Bukankah mengharukan, bila setiap lapis bangunan rumah atau sekolah kita bertabur zikir dari para pekerja bangunan? Yang mengerjakan semuanya dengan penuh tanggungjawab?

Maka dengung parenting seharusnya lebih menjalar ke setiap tetangga rumah-rumah kita. Tetangga yang mungkin sering makan sekadarnya. Yang tak jarang kita pandang sebelah mata karena dianggap tak prioritas. Yang tak jarang kita jauhi karena takut pengaruh buruknya, padahal karena lemahnya kita membentengi diri sendiri.

Orang berkualitas itu ketika ia bisa menularkan kualitas pada sekitarnya. 
Tetap bersinar dan menyalakan lilin di sekelilingnya. 
lilin kecil yang meskipun kecil, begitu berarti menerangi ruang gelap.


Rabu, 24 Januari 2018
Hajah Sofyamarwa


No comments:

Post a Comment