Saturday, January 13, 2018

Diam


"Bisa diam gak sih?"
Begitu katanya, seorang ibu muda yang sedang hilang kesabaran menghadapi tangisan anak balitanya.

Tak pernah terbayang sebelumnya, ia akan menjadi selayaknya “monster” yang terpancing balas meneriaki balitanya.

Segala kesempurnaan menjadi ibu yang pernah ia bayangkan sebelum menikah dulu, kandas semua. Ah, ternyata sebegitu susahnya menjadi ibu.

Ia lalu menutup pintu dan masuk ke dalam kamar. Maksud hati menenangkan diri dan menjauh dari kalimat-kalimat emosi lainnya, balitanya menangis semakin menjadi.

Tumpah pula tangisannya. Mencoba mendekap anak semata wayangnya itu, tak lama justru tendangan kuat bocah kecil itu mendarat di badannya.

Hanya tuhan yang tahu betapa menghayatinya ia berucap istighfar saat itu. Hanya tuhan pula yang tahu, seberapa besar kadar emosinya sudah memuncak.

Ahh, tak pernah terbayang ia akan bersikap seperti itu.

Ia rebahkan dirinya di atas kasur, sementara sang anak tetap merengek menangis.

Didekap kembali anaknya dengan penuh kesadaran dan keinsyafan diri, bahwa anaknya hanya sesosok manusia kecil yang masih berkembang.

Ia memulainya dengan minta maaf, tak peduli siapa yang sebenarnya salah duluan. Ia hanya tahu bahwa memang sejatinya ia yang perlu meminta maaf pada buah hatinya, atas sikap dan kata-kata yang terlampau berlebihan.

Tangisan bocah kecil itu kemudian berubah nada. Dari kemarahan menjadi tangisan manja khas anak anak. Perubahan gerak bibir bawahnya makin melembutkan hati sang Ibu.

Ah astaghfirullah.
Ia hanya anak-anak yang harus dihujani kasih sayang.

Jumat, 5 Januari 2017
Hajah Sofyamarwa
A mother who learn

*Kisah ini ditulis saat materi kulwap kepenulisan tentang menulis itu mudah, dalam 7 menit :)

No comments:

Post a Comment