Bismillahirrahmanirrahim..
Halo kak, apa kabar adik-adik binaan
nya?
Saya ingin sedikit sharing tentang apa
yang pernah dan sedang saya pikirkan. Semoga bisa bermanfaat untuk kakak-kakak
yang sama-sama berusaha terus membina. Saya percaya tak pernah ada kisah yang
sia-sia. Menulis dan membagikannya, akan sangat bermanfaat bagi siapapun orang
di luar sana yang sedang berada dalam kondisi yang serupa :)
Ini berawal dari perkenalan saya
dengan seorang remaja laki-laki yang luar biasa. Aktif di berbagai perlombaan,
banyak prestasi, pribadi yang supel dan mudah dekat dengan orang, shaleh, bisa
mengaji dan bisa mengajarkannya, pandai mengarahkan orang, bersemangat
mengerjakan banyak hal, inisiatif dan rajin, bisa
diandalkan, banyak keterampilan, dan masih banyak lagi. Semacam remaja sempurna
ya? Percayalah dia tetap masih remaja, tetap mencari sosok yang bisa
membimbing, tetap sedang dalam pencarian, tetap
terus belajar.
Kurasa dia hampir-hampir tak pernah
kehabisan energi, jarang sekali bisa diam dan selalu aktif. Selama ini saya
melilhatnya sebagai anak yang berakhlak sangat baik, saya memaklumi bila ada
sikap-sikap yang belum baik sebagai anak remaja. Toh semua berproses, tak ada
yang sempurna. Namun sifatnya yang blak-blakan dan kadang kurang baik dalam
pengontrolan diri membuat kadang ada yang tersakiti. Terkadang sikap sikap yang belum dewasa muncul, bahkan terkadang berbicara dengan bahasa yang kurang baik. Kawan-kawan yang juga
sayang padanya beberapa kali mengingatkan, bahkan perkara itu sampai memicu
konflik yang cukup berat untuk dialami anak remaja seusianya.
Kami sebagai Pembina juga berupaya
melakukan perbaikan dan sabar menghadapinya. Kami percaya suatu saat juga ia
bisa sadar dan memperbaiki diri. Namun adakalanya, bila Pembina menghadapi hal
semacam ini, ada rasa putus asa bila sang anak tak kunjung berubah bahkan
semakin menjadi, ya kan?
Ini pengingatnya, jawaban yang kudapat
di pagi ini :
“Kita sebaiknya tidak apriori dengan
siapapun karena hidayah Allah tidak ada yang bisa memperkirakan, Kewajiban kita
hanyalah menyempurnakan ikhtiar, berdakwah dengan penuh rasa cinta, dan
menjalin komunikasi dengan orang lain sebaik mungkin; Selebihnya, kita harus
tawakal terhadap Allah.” (Husain MATla, Dakwah dengan Cinta)
Ya, kau tidak berpikir untuk membuat
dia berubah dengan kekuatanmu kan? Kalau hidayah-Nya memang bukan lewat kita,
relakan, yang penting kita sudah mendoakan dan berusaha semaksimal mungkin.
Periksa lagi mungkin masih ada niat atau apapun yang salah dari diri kita dalam
upaya itu. Tetap berusaha dan perbaiki dirimu.
Allah. Semua pasti dengan izin Allah..
Dibalik segala prestasi dan keceriaan
hidupnya, rasanya tak ada yang akan menyangka kalau ia tidak seberuntung kita yang masih bisa
tinggal bersama orangtua kandungnya.
Semoga keberkahan melimpahi
kehidupannya di dunia sebagai bekal di akhirat nanti. Rencana Allah pasti baik
sehingga memberikanmu kesempatan untuk belajar dari berbagai jenis orangtua :)
No comments:
Post a Comment