Friday, January 11, 2013

Penggusuran PKL Gerbang Belakang ITB


Puing-puing kios di gerbang belakang ITB. Gambar diambil dari arah pintu gerbang.
Mobil penggusurnya. (Photo by : Reza Alhumaira BI'11)

Sepeda motor saya niatkan berbelok di jalan dayang sumbi. Tumben, biasanya untuk menuju gerbang belakang saya tidak pernah lewat dago, selalu lewat jalan ganesha baru kemudian menyusuri jalan setelah kebun binatang. Potongan bambu dan mobil patroli polisi terbentang melintang di ujung jalan dayang sumbi, entah ada apa. Membuat saya terpaksa meneruskan perjalanan melewati simpang dago.


Kini parkiran utara ITB sudah tidak ada, untuk pembangunan. Ya, ITB sedang melakukan banyak pembangunan dan pengembangan. Saat itu saya hanya berharap dapat parkir di sekitar daerah kios-kios PKL di daerah gerbang belakang ITB, karena kemarin-kemarin hari dipenuhi motor yang parkir.

Hari ini lain, tidak ada jajaran motor yang parkir, digantikan berbagai barang-barang penjual, kayu-kayu kios yang sudah tidak berbentuk, serta tatapan mata yang 'kosong', pasrah.
Ya, inilah hari itu. Penggusuran PKL oleh pemkot Bandung yang lama diisukan itu benar-benar terjadi setelah beberapa kali Surat Peringatan diberikan dan dikomunikasikan.

Saya termasuk mahasiswa yang selama belakangan ini tidak secara aktif melakukan kajian-kajian atau mediasi terhadap pihak manapun, tapi terimakasih pada himpunan dan teman-teman mahasiswa ITB yang terus menginfokan info terkait nasib pedagang-pedagang di gerbang belakang. info kronologis mengenai ini dapat dilihat di situs KM ITB di sini

* * * *

Siang harinya sebelum pulang, saya menyempatkan memfoto lokasi dan kemudian berniat pulang. Tapi entah apa yang menggerakkan saya, saya kemudian memutuskan untuk sedikit ngobrol dengan para pedagang yang masih berkumpul di taman depan lokasi. Sama sekali tanpa persiapan atau apapun, saya hanya ingin mencoba memahami yang mereka rasakan, sebagai masyarakat. Saya juga bingung bisa bantu apa saat itu. Dengan kemampuan berkomunikasi yang seadanya saya mencoba ngobrol dengan salah satu pedagang.

Ibu Maryati dari warung panghegar dan Ibu Resih dan suami dari warung barokah.
Banyak yang saya dapatkan, Ibu resih dan suami ini bertempat tinggal di sekitar siliwangi. Memiliki 3 anak, yang 1 sudah meninggal dan 2 lainnya sebagai guru. Sudah sejak tahun 80an mereka berjualan di sana (Wow! 30 tahun!). Dari mulai hanya 3 pedagang, sampai kini sebanyak sekarang. Mereka tergabung dalam koperasi Kopartis. Berjualan masakan ayam dari ayam kola, ayam bakar, ayam goreng dll. Mereka ditemani salah satu cucu yang sering membantu mereka, Oni.

Gerobak dan barang yang dipindahkan. Gambar diambil dari belakang bu Resih. Lokasi : taman segitiga depan lokasi kios-kios

Barang-barang bu Resih "Barokah", termasuk minuman-minuman yang baru kemarin dibeli dari pasar

kini yang berdiri kokoh hanya pohonnya. Dengan pembangunan, pohonnya pun akan tetap berdiri kokoh kan?
Saya kurang tahu tepatnya jam berapa penggusuran dilakukan. Suami bu resih (selanjutnya saya sebut pak resih saja ya, keasikan ngobrol banyak malah lupa tanya -_-) bercerita banyak. Peringatan sudah diberikan sejak lama (entah 3 atau 4 kali SP), namu dari mereka hanya bisa berharap itu semua tidak jadi. Yang mereka sayangkan, katanya tidak mendapat solusi dari pihak penggusur. (Mungkin seperti cerita pedagang yang di gelap nyawang). Bahkan beliau bilang dengan terkekeh "mungkin dibiarkan mati saja ya..". Dengan kejadian ini, mereka menerima saja, mau bagaimana lagi, petugas penggusur juga sudah dengan sopan meminta mereka membereskan barang-barang. Petugas penggusur juga hanya menjalankan tugas, tidak akan bisa mengubah kebijakan apapun. Katanya, Mahasiswa juga banyak yang ikut peduli, tenggang rasa juga, tapi mungkin impact nya belum besar atau belum nyata terasa. Katanya, mahasiswa jaman dulu mah berani berani, jaman sekarang tidak tahu.
Beliau pernah diundang dalam suatu pertemuan mengenai ini di dalam ITB, kemudian beliau menyebutkan salah satu nama Ibu-ibu di ITB yang "paling bertanggung jawab". Wallahu 'alam saya tidak punya hak untuk bilang apa-apa. Saya juga tahunya ini wewenang Pemkot Bandung dan terkait ITB, tapi kalo lihat duduk perkaranya, pak resih bilang kok kesannya saling lempar.

Beliau ini menurut saya sangat bijaksana, usianya mungkin sudah sekitar 70 tahun, cucunya juga sudah 5. Mereka sedang terus mengharap saja pada Yang Maha Kuasak, melalui KPJB (LSM) yang akan diteruskan melalui DPR. Yang saya tangkap memang mereka tidak mendapat solusi dari pihak penggusur, jadi harapan beliau tinggal melalui KPJB itu.

Mudah mudahan Allah segera memberikan jalan ya Pak, seperti yang bapak bilang bahwa Allah pasti mendengar doa kita :')

* * * *

Yang ada di pikiran saya sebagai mahasiswa biasa cem cem kayak begini,
"Waaah nanti fotokopi dimana lagi? Ngeprint ngeprint? Jajan? Makan?"

Wajaaar. Mahasiswa gituloh.
Penggusuran kios-kios fotokopian dan warung di sepanjang taman sari November 2011 lalu pun masih lekang di ingatan. Betapa pos-pos 'pemenuh kebutuhan' mahasiswa dan pedagang merupakan sebuah simbiosis mutualisme yang tidak bisa dipisahkan.

Dan hati nurani semua orang juga tidak bisa bohong dengan hanya memikirkan diri sendiri semacam itu. Semua juga pasti punya hati terhadap hak-hak pedagang yang harus diperjuangkan. Bukan tentang rezeki, toh yang punya Kehendak Memberi Rezeki tidak duduk di area perdagangan kan? Melainkan kesadaran untuk benar-benar saling peduli hak orang lain.

* * * *

Saya jadi ingat tugas UAS Metode Berpikir Kreatif saya mengenai rancangan inovasi kemahasiswaan yang isinya di latarbelakangi kisah penggusuran PKL juga.

Ini kekhawatiran mengenai menara gading.. Ungkapan yang mungkin pernah kau dengar, ya kan?

Ini baru sebagian permasalahan yang ada di sekitar, jah!
bangsa menanti pemuda pemuda pemberi solusi!
Yah, mulai dari diri sendiri, jah :)

Bandung, 10 Januari 2013

World class competence,
Grass root understanding
--Anis Baswedan, Indonesia Mengajar

2 comments:

  1. My deepest condolence for this loss, Panghegar Warteg will always be remembered.

    ReplyDelete
  2. Wah, langganan ya? :'(
    by the way, skrg sudah dibuatkan saung2 ya, tapi gerbang belakang benar2 ditutup aksesnya, bakan ga hanya dengan teralis, tp benar2 ditutupi. Dennis tau alasannya ga, selain mau dibangun sesuatu didaerah situ?
    haturnuhun :)

    ReplyDelete