Puing-puing kios di gerbang belakang ITB. Gambar diambil dari arah pintu gerbang. |
Mobil penggusurnya. (Photo by : Reza Alhumaira BI'11) |
Sepeda motor saya
niatkan berbelok di jalan dayang sumbi. Tumben, biasanya untuk menuju gerbang
belakang saya tidak pernah lewat dago, selalu lewat jalan ganesha baru kemudian
menyusuri jalan setelah kebun binatang. Potongan bambu dan
mobil patroli polisi terbentang melintang di ujung jalan dayang sumbi, entah ada
apa. Membuat saya terpaksa meneruskan perjalanan melewati simpang dago.
Kini parkiran utara
ITB sudah tidak ada, untuk pembangunan. Ya, ITB sedang melakukan banyak
pembangunan dan pengembangan. Saat itu saya hanya berharap dapat parkir di
sekitar daerah kios-kios PKL di daerah gerbang belakang ITB, karena
kemarin-kemarin hari dipenuhi motor yang parkir.
Hari ini lain, tidak
ada jajaran motor yang parkir, digantikan berbagai barang-barang penjual,
kayu-kayu kios yang sudah tidak berbentuk, serta tatapan mata yang 'kosong', pasrah.
Ya, inilah hari itu.
Penggusuran PKL oleh pemkot Bandung yang lama diisukan itu benar-benar terjadi setelah beberapa
kali Surat Peringatan diberikan dan dikomunikasikan.
Saya termasuk
mahasiswa yang selama belakangan ini tidak secara aktif melakukan kajian-kajian
atau mediasi terhadap pihak manapun, tapi terimakasih pada himpunan dan
teman-teman mahasiswa ITB yang terus menginfokan info terkait nasib
pedagang-pedagang di gerbang belakang. info kronologis mengenai ini dapat dilihat di situs KM ITB di sini
* * * *
Siang harinya sebelum pulang, saya menyempatkan memfoto lokasi dan kemudian berniat pulang. Tapi entah apa yang menggerakkan saya, saya kemudian memutuskan untuk sedikit ngobrol dengan para pedagang yang masih berkumpul di taman depan lokasi. Sama sekali tanpa persiapan atau apapun, saya hanya ingin mencoba memahami yang mereka rasakan, sebagai masyarakat. Saya juga bingung bisa bantu apa saat itu. Dengan kemampuan berkomunikasi yang seadanya saya mencoba ngobrol dengan salah satu pedagang.
Ibu Maryati dari
warung panghegar dan Ibu Resih dan suami dari warung barokah.
Banyak yang saya
dapatkan, Ibu resih dan suami ini bertempat tinggal di sekitar siliwangi.
Memiliki 3 anak, yang 1 sudah meninggal dan 2 lainnya sebagai guru. Sudah sejak
tahun 80an mereka berjualan di sana (Wow! 30 tahun!). Dari mulai hanya 3 pedagang, sampai kini
sebanyak sekarang. Mereka tergabung dalam koperasi Kopartis. Berjualan masakan
ayam dari ayam kola, ayam bakar, ayam goreng dll. Mereka ditemani salah satu
cucu yang sering membantu mereka, Oni.
Gerobak dan barang yang dipindahkan. Gambar diambil dari belakang bu Resih. Lokasi : taman segitiga depan lokasi kios-kios |
Barang-barang bu Resih "Barokah", termasuk minuman-minuman yang baru kemarin dibeli dari pasar |
kini yang berdiri kokoh hanya pohonnya. Dengan pembangunan, pohonnya pun akan tetap berdiri kokoh kan? |
Saya kurang tahu
tepatnya jam berapa penggusuran dilakukan. Suami bu resih (selanjutnya saya
sebut pak resih saja ya, keasikan ngobrol banyak malah lupa tanya -_-)
bercerita banyak. Peringatan sudah diberikan sejak lama (entah 3 atau 4 kali
SP), namu dari mereka hanya bisa berharap itu semua tidak jadi. Yang mereka
sayangkan, katanya tidak mendapat solusi dari pihak penggusur. (Mungkin seperti
cerita pedagang yang di gelap nyawang). Bahkan beliau bilang dengan terkekeh
"mungkin dibiarkan mati saja ya..". Dengan kejadian ini, mereka
menerima saja, mau bagaimana lagi, petugas penggusur juga sudah dengan sopan
meminta mereka membereskan barang-barang. Petugas penggusur juga hanya
menjalankan tugas, tidak akan bisa mengubah kebijakan apapun. Katanya,
Mahasiswa juga banyak yang ikut peduli, tenggang rasa juga, tapi mungkin impact nya belum besar atau belum nyata
terasa. Katanya, mahasiswa jaman dulu mah berani berani, jaman sekarang tidak
tahu.
Beliau pernah
diundang dalam suatu pertemuan mengenai ini di dalam ITB, kemudian beliau menyebutkan salah
satu nama Ibu-ibu di ITB yang "paling bertanggung jawab". Wallahu
'alam saya tidak punya hak untuk bilang apa-apa. Saya juga tahunya ini wewenang Pemkot Bandung dan terkait ITB, tapi kalo lihat duduk perkaranya, pak resih bilang kok kesannya saling lempar.
Beliau ini menurut
saya sangat bijaksana, usianya mungkin sudah sekitar 70 tahun, cucunya juga
sudah 5. Mereka sedang terus mengharap saja pada Yang Maha Kuasak, melalui KPJB (LSM) yang akan diteruskan melalui DPR. Yang saya tangkap
memang mereka tidak mendapat solusi dari pihak penggusur, jadi harapan beliau tinggal melalui KPJB itu.
Mudah mudahan Allah
segera memberikan jalan ya Pak, seperti yang bapak bilang bahwa Allah pasti
mendengar doa kita :')
* * * *
Yang ada di pikiran
saya sebagai mahasiswa biasa cem cem kayak begini,
"Waaah nanti fotokopi dimana lagi? Ngeprint
ngeprint? Jajan? Makan?"
Wajaaar. Mahasiswa gituloh.
Penggusuran
kios-kios fotokopian dan warung di sepanjang taman sari November 2011 lalu pun
masih lekang di ingatan. Betapa pos-pos 'pemenuh kebutuhan' mahasiswa dan
pedagang merupakan sebuah simbiosis mutualisme yang tidak bisa dipisahkan.
Dan hati nurani
semua orang juga tidak bisa bohong dengan hanya memikirkan diri sendiri semacam
itu. Semua juga pasti punya hati terhadap hak-hak pedagang yang harus
diperjuangkan. Bukan tentang rezeki, toh yang punya Kehendak Memberi Rezeki
tidak duduk di area perdagangan kan? Melainkan kesadaran untuk benar-benar saling peduli hak orang lain.
* * * *
Saya jadi ingat
tugas UAS Metode Berpikir Kreatif saya mengenai rancangan inovasi kemahasiswaan
yang isinya di latarbelakangi kisah penggusuran PKL juga.
Ini kekhawatiran
mengenai menara gading.. Ungkapan yang mungkin pernah kau dengar, ya kan?
Ini baru sebagian
permasalahan yang ada di sekitar, jah!
bangsa menanti
pemuda pemuda pemberi solusi!
Yah, mulai dari diri sendiri, jah :)
Bandung, 10 Januari 2013
World class competence,
Grass root understanding
--Anis Baswedan,
Indonesia Mengajar
My deepest condolence for this loss, Panghegar Warteg will always be remembered.
ReplyDeleteWah, langganan ya? :'(
ReplyDeleteby the way, skrg sudah dibuatkan saung2 ya, tapi gerbang belakang benar2 ditutup aksesnya, bakan ga hanya dengan teralis, tp benar2 ditutupi. Dennis tau alasannya ga, selain mau dibangun sesuatu didaerah situ?
haturnuhun :)