Monday, March 6, 2017

Aku dan Api Jiwaku : Menulis

Serenade Biru Dinda, salah satu buku fiksi karya Asma Nadia yang pertama kali kukenal. Kakak perempuanku lah yang mengenalkan ku padanya lewat koleksi buku-bukunya, pada frasa Forum Lingkar Pena, pada para penulis-penulis yang tak kuketahui pasti parasnya hingga saat ini. Helvy tiana rosa, Asma Nadia, Izzatul Jannah, M Irfan Hidayatullah, dan beberapa nama yang hanya kuketahui lewat cover bukunya. Dari sana pulalah, hingga kini aku mencintai buku, mungkin.

Sebetulnya aku begitu suka menulis…diary. Hihi. Apapun itu namanya, menulis merupakan mediaku bersuara, yang aku begitu nyaman mengeluarkannya. Pun ketika ada yang bilang tulisanku bagus, atau tidak berkomentar, atau bahkan bilang bahwa tulisanku buruk (ini belum ada sih.. yang jujur hihi) Apa yang kutulis biasanya memang sekedar pengalamanku sehari hari, namun yang membuatku benar-benar memikirkannya, secara mendalam, kataku sih.

Itulah pula yang membuatku pernah sekali waktu semasa SMA, mendatangi acara Forum Lingkar Pena di sebuah Mall di Bandung, meskipun aku sama sekali tak bersama temanku, ya hanya aku saja sendiri. Kalau tidak salah saat itu bedah buku dari Mas Tasaro GK, Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan. Mengacungkan tangan saat ada kesempatan, dan mendapat souvenir (entah karena excited dengan talkshownya, atau karena semangat ingin mendapat souvenirnya hihi). Namun semenjak saat itu, aku tak mencemplungkan diri pada komunitas itu, kemudian lupa.

Pernah suatu ketika di masjid Salman, saat sejuta umat sedang beraktivitas di koridor timur, aku mendengar ada beberapa orang sedang berkumpul, yang setelah kutanya ternyata sedang mentoring FLP. Hati mendesir teringat kembali, namun entah kenapa diri belum tergerak untuk sekedar meminta nomor kontaknya. Pun di unit salman ada aksara, wadah khusus untuk para pecinta buku dan aktivitas menulis, akupun tak juga memilih ikut kesana. Ah , kenapa sih aku ini?

Berkuliah di biologi SITH membuatku mencoba belajar di Pustena (Pusat Teknologi Tepat Guna) berharap bisa memberi kontribusi lebih untuk menghidupkan kembali unit-unit yang ada. Namun fakta berkata tidak banyak rasanya yang bisa kukontribusikan, aku malah kemudian bergabung dengan salman media sebagai tim “jurnalis”nya mewakili pustena. Disitu jiwaku malah seolah berjingkrak kegirangan.  Simak juga bincang bergizi kami dengan pak Budhi : disini http://www.hajahsofya.com/2013/05/bincang-jurnalis-bergizi-dengan-pak.html?m=1


Nutrisi kepenulisan kudapat pula dari pak hernowo melalui beberapa bukunya. Tulisannya begitu renyah dibaca, dan aku juga selalu suka cara beliau menggambarkan proses menulisnya. Bergizi istilahnya. Penulis favoritku lainnya adalah pak anis matta, yang banyak mengajakku berpikir idealis, berpikir jauh. Kata-katanya seolah mampu menyihirku untuk mengikuti gaya penulisannya. Hehe. Aku juga suka Salim A Fillah, dari buku-buku beliau lah banyak kutipan kuambil, dan kuserahkan pada yang membutuhkan hehe. Tak hanya pemilihan diksi yang bagus, tapi begitu punya Makna yang mendalam.

Tahun berlalu, kini aku sudah punya keluarga kecil. 26 Februari lalu berkesempatan mengikuti acara Milad FLP yang ke 20 tahun, bertatap muka langsung dengan para penulis-penulis legendaris dan para pejuang literasi lainnya. Meski kini tak jarang konsentrasiku harus buyar karena entah harus menyuapi haidar, mengejar haidar, mengelap kursi basah bekas minum haidar, keluar ruangan karena haidar bosan, dll. (yah begitulah emak-emak ya hihi harus belajar tetap konsentrasi).

Sering juga, untuk bisa punya 1 buku yang aku inginkan, aku jadi resellernya alias ikut ngejualin. Judulnya mungkin biar lebih murah, padahal kadang justru malah harus ngemodal dulu dan berusaha sampai itu buku habis. Ngga jarang juga aku gatel buat ngasi-ngasiin stok buku yang ada buat kado karena isinya bagus. Ini fokus dan tujuannya harus dibenerin kali ya.

Sedikit kontemplasi, mungkin saya “malu-malu” atau “takut” untuk mendalami apa yang justru menjadi minat saya. Menyepelekan keinginan untuk menjadi penulis, sampai akhirnya tak pernah benar-benar belajar dan bersikap menjadi penulis. Merasa “tak perlu belajar” menulis kalau ada coaching menulis yang serius semata karena “takut beneran jadi penulis”. Merasa sangat mainstream belajar menulis sementara di era digital ini semua orangpun menulis. Stop. Ini tentang diriku sendiri, kalau memang suka seharusnya berani saja. Jangan sampai kita menyesal atas apa-apa yang tidak kita lakukan.

* * * *

Sebetulnya tadinya saya hanya ingin menulis tentang pengalaman saya mendengar rekaman suara Mba Asma Nadia malam ini yang berjudul Tidak Ada Alasan Untuk Tidak Menulis melalui aplikasi SalingSapa. Saya mengunduh aplikasi ini karena rekomendasi dari Uni Shona dalam blognya tentang Aplikasi yang sebaiknya dimiliki Ibu Muslim. Tadinya mau mencari rekaman ustadz siapapun random sambil mijitin kaki ayah, tapi karena ayah udah keburu bobo, saya mencoba khusyu aja dengerin rekamannya sambil mejamin mata supaya haidar yang lagi gutak gitek di kasur bisa segera bobo (meskipun sampe rekaman berakhir, haidar tak kunjung bobo hehe).

Isi audionya membahas tentang buku yang ditulis suaminya, Isa Alamsyah, yang berjudul 101 Dosa penulis pemula. Baru kali ini rasanya saya mendengar langsung kajian beliau, dan, saya suka saya suka! Sayang sekali hanya ada 1 file itu pada bagian beliau. Isi rekamannya bagus banget  dan mungkin akan saya tulis dalam  tulisan terpisah. (padahal tadinya mau share ini kayanya hihi). Saya langsung kepikiran buat nambah koleksi buku tentang menulis, termasuk buku ini.

Lalu sambil iseng, saya cek stok buku dari supplier, ajaibnya, yang muncul pertama kali adalah buku 101 Dosa Penulis Pemula! Serius. Inikah tanda-tanda nya saya harus segera pesen buku ini buat sendiri hehe. FYI sekarang kalo temen-temen cari buku, bisa kontak saya ya, insyaallah supplier ready buku dari berbagai penerbit. Btw ini tadinya niatnya bukan buat jualan ya aslinyaa. Bukan buat covert selling – soft selling an yaa hihi. Tapi ya dimanfaatin aja karena alurnya pas banget hehe.  :p

Semoga temen-temen bias ngejaga terus api jiwa nya, berani terbakar dan membakar diri untuk jadi sesuatu yang bermanfaat buat orang banyak!

Senin, 7 Maret 2017

21:45

No comments:

Post a Comment