Tuesday, March 11, 2014

Percaya Diri ?



Saya pernah agak heran dengan orang yang tidak berani untuk tampil ke depan. Padahal bagi kebanyakan orang, hal yang paling ditakutkan adalah berbicara di depan khalayak umum, apapun bentuknya. Saya sendiri sebetulnya sama sekali bukan public speaker yang baik, sayapun bukan orang yang selalu mengajukan diri untuk bisa tampil di depan. Namun yang saya ingat adalah bahwa saya suka dan menikmati saat saya memberanikan diri saya berinisiatif  untuk mengacungkan tangan, berada di depan, dan mengutarakan pendapat dan apa-apa yang ada di pikiran saya dengan bebas.

Dari sebuah test kecil-kecilan di internet, saya adalah tipe ESFP (Extraverted, Sensing, Feeling dan Perceiving) – the performer, yang secara alami menyukai bila menjadi pusat perhatian. Dari test lainnya, saya seorang tipe Sanguine-Pleghmatis, yang sedikit banyak juga menyukai bila menjadi pusat perhatian. Makanya saya sering takut, karena potensi untuk beramal-karena-makhluk menjadi lebih besar, dan sangat sulit dirasakan.

Sebelum ini saya pikir, berani berbicara di depan umum itu menunjukkan bahwa saya PD (Percaya Diri). Sampai pada suatu titik, saya menyadari bahwa definisi Percaya Diri tidak sesempit itu—tentu saja.
Pemaknaan saya akan “PD” menjadi  lebih jelas ketika pada titik tersebut, saya merasa bahwa sebenarnya saya sangat tidak percaya diri. Saat itu saya merasa tidak punya sesuatu apapun untuk dibanggakan, tidak berguna, dan tidak mampu. Saya tidak merasakan adanya sesuatu yang bisa dibanggakan dari diri, setelah itu saya cenderung lebih banyak diam dan mengamati.

Percaya diri adalah percaya pada diri kita pribadi. Tahu, kenal dan paham tentang hakikat diri sebagai makhluk bertuhan, serta melalui proses internal yang mendalam. Sesuatu yang sifatnya ke dalam, yang menguatkan kita dari apapun yang terjadi di luar. 

* * *
Apa yang ada di dalam diri kita saat ini adalah hasil dari proses panjang dengan banyak faktor pengaruh. Keturunan, pola asuh, lingkungan. Tidak semua bisa kita ubah, yang bisa kita lakukan adalah mengubah cara pandang kita. Yakini bahwa seburuk apapun diri kita (menurut kita), yang Menciptakan kita PASTI lebih  tau, dan sangat tidak mungkin menciptakan sesuatu yang sia-sia.   

manusia berproses,
baru diketik di Kamar, 8 Maret 2014

No comments:

Post a Comment