Saya pernah agak heran dengan
orang yang tidak berani untuk tampil ke depan. Padahal bagi kebanyakan orang,
hal yang paling ditakutkan adalah berbicara di depan khalayak umum, apapun
bentuknya. Saya sendiri sebetulnya sama sekali bukan public speaker yang baik, sayapun bukan orang yang selalu
mengajukan diri untuk bisa tampil di depan. Namun yang saya ingat adalah bahwa
saya suka dan menikmati saat saya memberanikan diri saya berinisiatif untuk mengacungkan tangan, berada di depan,
dan mengutarakan pendapat dan apa-apa yang ada di pikiran saya dengan bebas.
Dari sebuah test kecil-kecilan di
internet, saya adalah tipe ESFP (Extraverted, Sensing, Feeling dan Perceiving)
– the performer, yang secara alami
menyukai bila menjadi pusat perhatian. Dari test lainnya, saya seorang tipe
Sanguine-Pleghmatis, yang sedikit banyak juga menyukai bila menjadi pusat
perhatian. Makanya saya sering takut, karena potensi untuk
beramal-karena-makhluk menjadi lebih besar, dan sangat sulit dirasakan.
Sebelum ini saya pikir, berani
berbicara di depan umum itu menunjukkan bahwa saya PD (Percaya Diri). Sampai
pada suatu titik, saya menyadari bahwa definisi Percaya Diri tidak sesempit
itu—tentu saja.
Pemaknaan saya akan “PD”
menjadi lebih jelas ketika pada titik
tersebut, saya merasa bahwa sebenarnya saya sangat tidak percaya diri. Saat itu
saya merasa tidak punya sesuatu apapun
untuk dibanggakan, tidak berguna, dan tidak mampu. Saya tidak merasakan adanya
sesuatu yang bisa dibanggakan dari diri, setelah itu saya cenderung lebih
banyak diam dan mengamati.
Percaya diri adalah percaya pada diri kita pribadi. Tahu, kenal dan
paham tentang hakikat diri sebagai makhluk bertuhan, serta melalui proses
internal yang mendalam. Sesuatu yang sifatnya ke dalam, yang menguatkan kita
dari apapun yang terjadi di luar.
* * *
Apa yang ada di dalam diri kita
saat ini adalah hasil dari proses panjang dengan banyak faktor pengaruh.
Keturunan, pola asuh, lingkungan. Tidak semua bisa kita ubah, yang bisa kita
lakukan adalah mengubah cara pandang kita. Yakini bahwa seburuk apapun diri
kita (menurut kita), yang Menciptakan kita PASTI lebih tau, dan sangat tidak mungkin menciptakan
sesuatu yang sia-sia.
manusia berproses,
baru diketik di Kamar, 8 Maret 2014
No comments:
Post a Comment