Friday, May 31, 2013

Bincang Jurnalis Bergizi dengan Pak Budhiana

Ini dia!
Kalau di film-film kartun, tiba-tiba ada lampu bohlam nyala di atas kepala :)

Aku benar-benar bersyukur atas pilihanku untuk mengikuti forum ini. Setelah bernostalgia main gagarudaan ada lima bareng dengan teman-teman salman media, kami, para SUJU (Supporting Journalist hehe), berkesempatan untuk berdiskusi dan makan siang (baca: ditraktir hehe) sama Pak Budhiana Kartawijaya (Dewan Pembina). Pak Budhiana ini Pimred Pikiran Rakyat.

Bismillah..

* * *

Pada kesempatan kali ini, Pak Budhiana menceritakan hal-hal yang kaya gizi dan nutrisi! Diawali dengan pertanyaan, "mengapa mesti ada Suju?". Supporting journalist dari tiap unit di salman ini bukan sekedar "membantu" tim salman media dalam memberikan berita-berita, melainkan mendukung visi besar mengenai  Salman Cyber Mosque. Apa yang ada dalam pikiran kalian mendengar kata Salman Cyber Mosque ? Fokus intinya bukan pada semua komputerisasi, dll semacam itu. Tapi bagaimana salman bisa berbagi, menginspirasi dan mendorong masyarakat supaya produktif di IT.

Di era informasi ini, insan jurnalis diharapkan menjadi Prosumen. Apa itu Prosumen? Kalau yang kutangkap dari beliau, Prosumen adalah kombinasi dari Produsen dan Konsumen. Dimana kita tidak hanya sekedar menerima lalu lintas informasi yang ada, tapi juga dapat mengolahnya dengan baik, serta memproduksi informasi yang bermanfaat.

Alasan yang kedua, salman sebagai pengguna dana titipan umat, dana publik. Tahu sendiri kan, banyak donatur yang mempercayakan rezekinya lewat salman? Nah sebagai lembaga yang amanah, tentu segala pelaporan harus dilakukan. Pak Budhi menjelaskan, selama ini pelaporan dilakukan ke akuntan. Dalam laporan teknis semacam itu, tidak semua pihak akan mengerti, kan? Maka, laporan kepada publik harus berbentuk soft language, artinya dengan bahasa-bahasa yang lebih mudah dipahami siapapun, dalam hal ini reportase berita-berita kegiatan. Selama ini, masih banyak orang menganggap pemberitaan media itu sunnah, padahal wajib. Itu bentuk pertanggungjawaban terhadap publik.

Kau tahu? Sebelum media salman didirikan, orang-orang curiga dengan salman. Salman di cap ekstrimis-lah, teroris-lah, dll. Kenapa? Mungkin karena itu, pelaporan publiknya belum gencar, karena belum produktif membuat informasi-informasinya. Setelah mulai concern pada media, bahkan salman sempat loh menarik perhatian Monash University dan Kedutaan Amerika.

"Kalau kita tidak bermedia, 
kita akan didefinisikan orang lain."
-- Budhiana Kartawijaya

Setelah ini, kita tidak pernah tahu, akan terus menjadi wartawan beneran, wartawan freelance (nge-blog pribadi), atau bahkan tidak sama sekali. Tapi, menjadi jurnalis itu melatih kepekaan kita terhadap lingkungan. Ada hal-hal kecil yang biasa namun bisa dipandang sebagai sesuatu yang luar biasa. Contoh sederhana saja, mungkin sangat biasa bagi kita melihat ada kopi dan teh yang disediakan gratis di salman, karena kita memang sudah terbiasa melihatnya sepanjang hari. Tapi,bila hal "biasa" itu kita publikasikan, mungkin bisa menjadi inspirasi untuk masjid-masjid lain, dan itu bermanfaat, bukan?
Contoh lainnya, para karyawan di salman yang bertugas merapikan dan menjaga sepatu-sepatu kita. Tidak semua orang cukup peka untuk menyadarinya atau sekedar menyatakan "maaf", atau "terimakasih". Ketika jurnalis mengangkat hal itu, orang yang membaca mungkin jadi lebih sadar dan lebih menghargai mereka, ya kan?
 
Pak budhiana menyorot sedikit mengenai kesalahan yang kadang ada pada pers mahasiswa. Yang pertama, ikut "nimbrung" dengan permasalahan dunia (isu global), namun tidak membahas implikasinya  pada lingkungan sekitarnya. Kalau begini saja, mungkin beritanya akan kalah dengan media-media yang sudah lebih mendalam. Sangat baik membahas permasalahan global, mahasiswa seharusnya memang peduli seperti itu, namun sebaiknya isu global yang ada dicari implikasi terhadap lingkungan sekitarnya.
Kesalahan kedua terkadang diisi oleh pengasuh yang ngarang membuat opini. Sebaiknya reportase, jadi dapat menggambarkan apa yang terjadi sebenarnya.

Sebagai penutup pak budhiana menjelaskan bahwa reportase tidak harus selalu dari hal besar. Reportase itu memaknai sesuatu. Jurnalistik itu intinya bercerita tentang manusia. Kalaupun berfokus pada suatu objek, tetap memaknainya dengan keberadaan manusia. Jurnalistik itu pengayaan batin terhadap kemanusiaan. Jurnalistik dapat menjadikan semua hal itu penting, tergantung dari sisi mana kita memandang.

* * *

Setelah itu kami ke WS DU tapi lagi tutup (pengajian euy katanya), dan akhirnya ke simpang raya dago :9
Horeee :D

FYI: Hal menarik dari beliau, beliau suka jus wortel, katanya di kantor juga suka ngemil wortel. Hihi. Sehat bener cemilannya hehe :D

No comments:

Post a Comment