Ini dia!
Kalau di film-film
kartun, tiba-tiba ada lampu bohlam nyala di atas kepala :)
Aku benar-benar
bersyukur atas pilihanku untuk mengikuti forum ini. Setelah bernostalgia main gagarudaan ada lima bareng dengan teman-teman
salman media, kami, para SUJU (Supporting Journalist hehe), berkesempatan untuk
berdiskusi dan makan siang (baca: ditraktir hehe) sama Pak Budhiana Kartawijaya (Dewan
Pembina). Pak Budhiana ini Pimred Pikiran Rakyat.
Bismillah..
* * *
Pada kesempatan kali
ini, Pak Budhiana menceritakan hal-hal yang kaya gizi dan nutrisi! Diawali
dengan pertanyaan, "mengapa mesti ada Suju?". Supporting journalist dari tiap unit di
salman ini bukan sekedar "membantu" tim salman media dalam memberikan
berita-berita, melainkan mendukung visi besar mengenai Salman Cyber Mosque. Apa yang ada dalam pikiran kalian mendengar
kata Salman Cyber Mosque ? Fokus
intinya bukan pada semua komputerisasi, dll semacam itu. Tapi bagaimana salman
bisa berbagi, menginspirasi dan mendorong masyarakat supaya produktif di IT.
Di era informasi
ini, insan jurnalis diharapkan menjadi Prosumen.
Apa itu Prosumen? Kalau yang kutangkap dari beliau, Prosumen adalah kombinasi
dari Produsen dan Konsumen. Dimana kita tidak hanya sekedar menerima lalu
lintas informasi yang ada, tapi juga dapat mengolahnya dengan baik, serta
memproduksi informasi yang bermanfaat.
Alasan yang kedua,
salman sebagai pengguna dana titipan umat, dana publik. Tahu sendiri kan,
banyak donatur yang mempercayakan rezekinya lewat salman? Nah sebagai lembaga
yang amanah, tentu segala pelaporan harus dilakukan. Pak Budhi menjelaskan,
selama ini pelaporan dilakukan ke akuntan. Dalam laporan teknis semacam itu,
tidak semua pihak akan mengerti, kan? Maka, laporan kepada publik harus
berbentuk soft language, artinya dengan
bahasa-bahasa yang lebih mudah dipahami siapapun, dalam hal ini reportase
berita-berita kegiatan. Selama ini, masih banyak orang menganggap pemberitaan
media itu sunnah, padahal wajib. Itu bentuk pertanggungjawaban terhadap
publik.
Kau tahu? Sebelum
media salman didirikan, orang-orang curiga dengan salman. Salman di cap
ekstrimis-lah, teroris-lah, dll. Kenapa? Mungkin karena itu, pelaporan
publiknya belum gencar, karena belum produktif membuat informasi-informasinya.
Setelah mulai concern pada media, bahkan
salman sempat loh menarik perhatian Monash
University dan Kedutaan Amerika.
"Kalau
kita tidak bermedia,
kita akan didefinisikan orang lain."
-- Budhiana Kartawijaya
Setelah ini, kita
tidak pernah tahu, akan terus menjadi wartawan beneran,
wartawan freelance (nge-blog pribadi),
atau bahkan tidak sama sekali. Tapi, menjadi jurnalis itu melatih kepekaan kita
terhadap lingkungan. Ada hal-hal kecil yang biasa namun bisa dipandang sebagai
sesuatu yang luar biasa. Contoh sederhana saja, mungkin sangat biasa bagi kita
melihat ada kopi dan teh yang disediakan gratis di salman, karena kita memang sudah terbiasa melihatnya sepanjang hari.
Tapi,bila hal "biasa" itu kita publikasikan, mungkin bisa menjadi
inspirasi untuk masjid-masjid lain, dan itu bermanfaat, bukan?
Contoh lainnya, para
karyawan di salman yang bertugas merapikan dan menjaga sepatu-sepatu kita.
Tidak semua orang cukup peka untuk menyadarinya atau sekedar menyatakan
"maaf", atau "terimakasih". Ketika jurnalis mengangkat hal
itu, orang yang membaca mungkin jadi lebih sadar dan lebih menghargai mereka,
ya kan?
Pak budhiana
menyorot sedikit mengenai kesalahan yang kadang ada pada pers mahasiswa. Yang
pertama, ikut "nimbrung" dengan permasalahan dunia (isu global),
namun tidak membahas implikasinya pada
lingkungan sekitarnya. Kalau begini saja, mungkin beritanya akan kalah dengan
media-media yang sudah lebih mendalam. Sangat baik membahas permasalahan
global, mahasiswa seharusnya memang peduli seperti itu, namun sebaiknya isu
global yang ada dicari implikasi terhadap lingkungan sekitarnya.
Kesalahan kedua
terkadang diisi oleh pengasuh yang ngarang membuat
opini. Sebaiknya reportase, jadi dapat menggambarkan apa yang terjadi
sebenarnya.
Sebagai
penutup pak budhiana menjelaskan bahwa reportase tidak harus selalu dari hal
besar. Reportase itu memaknai sesuatu. Jurnalistik itu intinya bercerita
tentang manusia. Kalaupun berfokus pada suatu objek, tetap memaknainya dengan
keberadaan manusia. Jurnalistik itu pengayaan batin terhadap kemanusiaan.
Jurnalistik dapat menjadikan semua hal itu penting, tergantung dari sisi mana
kita memandang.
*
* *
Setelah itu kami ke
WS DU tapi lagi tutup (pengajian euy katanya), dan akhirnya ke simpang raya
dago :9
Horeee :D
FYI: Hal menarik
dari beliau, beliau suka jus wortel, katanya di kantor juga suka ngemil wortel.
Hihi. Sehat bener cemilannya hehe :D
No comments:
Post a Comment