Tuesday, March 5, 2013

A' Sidik Sang Pengamen yang Enak


Hari ini hari selasa, seperti biasa ini jadwal saya mengajar privat di setramurni. Karena besok anaknya UTS, jamnya jadi ekstra, walhasil pulang lebih malam.
Tak seperti biasanya, saya diantar mang ajay sampai ke borma setiabudi, dengan ini saya jadi hanya perlu naik angkot caheum ledeng sekali untuk dapat sampai di kosan. Sesaat setelah duduk manis di angkot, saya galau antara turun dulu untuk ke borma atau tidak.
Tak lama kemudian seorang pengamen berstelan santai datang, menenteng gitar sembari makan sebungkus batagor.

"Ngiring mang.."
Dan sambil menyapa penumpang,
"Punten teh.. Makan teh? Lumayan buat ngeganjel.."

Angkot masih ngetem dan sayapun masih belum memutuskan untuk turun ke borma. Yasudah, tak jadi saja. Kemudian saya perhatikan, ada yang beda dari sang pengamen. Dan dengan mengumpulkan segenap keberanian, saya putuskan untuk menyapa..
"pulang kemana a'?"
"Cihampelas, teh.. Tapi ini mah mau ke balubur dulu, mau ke 'kape'."
(hah? Kape? Apaan ya? Kerja praktek?)

"Kape apaan ya a'?"
"Itu, kape, kape.." (sambil menunjuk warung-warung makan)
(oooh kafe maksudnya.. -_-  hehe :p)

Singkat cerita, sepanjang perjalanan kami ngobrol. Namanya Sidik, orangnya sopan dan sunda pisan. Beliau sudah sejak kecil ngamen di setiabudhi.  Bisa main gitar sejak kecil belajar sendiri dan ada pengurus yang mengajarkan (dari hari rusli katanya). Biasanya ia ngamen dari pukul 9 sampai magrib.

Saya kurang tau tepatnya, apa yang ia bilang tentang mengamen. Saat ini ia juga sambil menunggu pekerjaan. Ia bilang ngamen itu enak, santai. Bisa menghibur juga. Katanya walaupun sudah bekerja di tempat lain, rasanya tetap ingin di jalanan.

Saya bercerita tentang pengamen yang keliatan suka marah-marah kalau tidak diberi. Dengan bijak ia bilang, mungkin karena merasa ngga diwaro, ga ada respon dari penumpang setelah lagunya berhenti dinyanyikan, jadi kesal. Tapi ngga tau juga, katanya. Tergantung pengamennya.

Sangat terlihat bahwa ia menyenangi lokasi tempatnya ngamen, setiabudi. Anak-anaknya baik, enak-enak. (sering banget ia bilang 'enak' hehe). Santai, saling terbuka, saling ngajarin, saling ngedidik yang bisa dididik.

Ternyata a sidik punya keluarga besar. Ia tinggal dengan orang tuanya, dengan 6 adik! Tapi ia bilang, ga pusing. Kalau bisa ngasih uang, kasih, syukur. Kalau ngga ada juga ga apa apa.

Lama kami terdiam, a Sidik mulai memainkan gitarnya, sebuah instrumen pada awalnya (dan itu indah ) #so melankolis -_- hehe tapi beneran ini mah.
Setelah itu terdengarlah dendang lagu jangan menyerah-nya D'massive.

Sampai di gelap nyawang ia pamit turun duluan.
"mangga teh, assalamualaikum.."
"wa'alaikumsalaam.. Mangga-mangga.."

Dan sepanjang turun dari angkot sampai kosan kayanya saya senyam senyum sendiri hehe

******

Mungkin suatu saat bisa ketemu lagi ya a'!
Sukses! Orang baik dan rendah hati kaya a' sidik insyaallah jalannya mudah.

"Yah, itumah gimana kitanya juga teh.
Kalau kitanya baik, enak sama orang, pasti orang lain juga enak ke kita.."
--A' Sidik

Terbukti!


No comments:

Post a Comment