Kita sering
menyebutnya curhat. Sejak masa remaja alay ku dulu, curhat menjadi suatu
kegiatan yang paling anak muda banget. Topiknya seputar kecengan, keluarga,
masalah sama pacar, musuh, segala weh
diomongin dll. Masih ingat dulu juga
punya buku curhat se geng, dan kalau dilihat lagi kayak, "oh tidak, aku
pernah se kampring itu!" hahaha.
Seiring bertambahnya
kedewasaan (halah), frekuensi curhat semakin menurun. Masing-masing orang
dewasa sudah punya pikirannya sendiri, terkadang menganggap hal-hal kurang
penting tak perlu diungkapkan menjadi sebuah topik pembicaraan. Ekstremnya,
sampai ketika sebenarnya kau seharusnya mengungkapkannya dengan bebas, kau juga
malah tak mengungkapkannya. Terkadang kita menyimpannya terlalu dalam. Secara
ringkas, James W. Pennebaker -seorang ahli psikologi)menyebutnya dengan
pengekangan. Ya, kusimpulkan bahwa
curhat merupakan salah satu cara untuk melepaskan diri dari pengekangan.
Dalam buku Ketika Diam Bukan Emas, banyak dipaparkan
hasil-hasil penelitian beliau mengenai bagaimana kegiatan mencurahkan isi hati
(self-disclosure) bisa berpengaruh
positif bagi perasaaan, pikiran, dan kesehatan tubuh kita dalam jangka panjang.
Setelah membaca buku ini, makin sadar betapa kegiatan curhat itu begitu sangat
penting!
Kutub yang
berlawanan dengan pengekangan adalah konfrontasi. Istilah ini dimaksudkan
sebagai upaya seseorang untuk memikirkan dan
atau membicarakan pengalaman yang penting serta mengakui emosi yang terkait
dengannya. Melakukan konfrontasi secara psikologis akan mengatasi segala
akibat dari pengekangan, baik psikologis maupun secara kognitif (Pennebaker,
1990).
Konfrontasi sebagai
cara mengatasi pengekangan, dapat secara simpel kita sebut curhat lah ya.
Cara curhat bisa
berbagai macam, biasanya pada sahabat dekat, melalui tulisan pada blog, nulis
diary, atau bahkan mengungkapkannya pada orang yang asing sama sekali. Apapun
caranya.
Dan namanya baca
buku, kita akan ambil sesuatu yang paling cocok dan pas sama diri kita kan?
Hihi. Nemu yang asik nih :
"Pengekangan
juga bisa memengaruhi kemampuan berpikir. Dapat terjadi perubahan cara berpikir
yang secara potensial merusak. Dalam menahan pikiran dan perasaan penting yang
terkait suatu peristiwa, biasanya kita tidak berpikir tentang peristiwa itu secara
luas dan integratif. Dengan tidak membicarakan suatu peristiwa yang ingin kita
sembunyikan, biasanya kita tidak sanggup menerjemahkan peristiwa itu ke dalam
bahasa. Hal ini menghalangi kita untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan
peristiwa tersebut." (Pennebaker, 1990)
Kita mainnya pikiran
gituloh! Anugerah yang diberikan Sang Pencipta buat kita pakai sebaik-baiknya.
(Bukti bahawa pikiran manusia sebegitu pentingnya bisa baca Terapi berpikir
Positif nya Pak Dr. Ibrahim Elfiky)
Nah lanjutnya,
"Melakukan pelepasan terhadap suatu trauma
membantu manusia memahami, dan akhirnya menyesuaikan diri terhadap peristiwa
traumatis itu. Dengan menuliskan atau membicarakan pengalaman yang sebelumnya
dikekang, orang yang bersangkutan dapat
membahasakan peristiwa itu. Apabila sudah
dibahasakan orang bisa semakin memahami pengalaman tersebut dan akhirnya bisa mulai meninggalkannya." (Pennebaker,
1990)
Mungkin itu salah
satu alasan kenapa dulu saya suka
mengungkapkan hal-hal yang mungkin mempermalukan diri sendiri (buka aib -_-),
tapi membuat saya nyaman karena saya sudah "melepaskan semuanya". Nah
kalo sekarang kayanya gatau kenapa rada ngerem nih, ngga nyaman loh beneran. Mungkin ini
juga salah satu alasan kenapa saya baca buku ini hihi.
Baca buku psikologi
memang selalu menyenangkan, terutama ketika ada yang pas banget buat diri kita.
Hihi.
Bukunya asik banget
kok, ilmiah, dan banyak contoh-contoh
real yang mendukung hipotesis beliau.
Yak, belajar terus
mengungkapkan apa yang dirasakan!
ekspresikan emosi !
Yeay
Ga
perlu takut juga dibilang "curcol nih yee"
*curhat
colongan
Pustaka:
Pennebaker, James W.
1990. Ketika Diam Bukan Emas - Berbicara dan
Menulis Sebagai Terapi. Penerbit Mizan. Bandung
(Buku terjemahan
dari Opening Up: The Healing Power Of
Expressing Emotion)
*Judul
terinspirasi barusan dari liat blog nya debi hehe :p
No comments:
Post a Comment