Dari hal sederhana,
tapi luar biasa :)
Bicara kepemimpinan
(leadership), bukan sesuatu yang didapat serta merta tiba-tiba. Dibutuhkan
suatu proses panjang yang dibentuk dan diupayakan sejak kecil.
Beberapa pertanyaan
yang sering terungkap adalah seperti ini:
Apakah pemimpin itu dilahirkan, atau dibentuk?
Jawabannya:
Tentu saja semua
pemimpin dilahirkan, oleh ibu kita hehe
Maksudnya begini,
kalau kita ingat lagi, sebetulnya manusia memang dilahirkan untuk menjadi
khalifah di muka bumi, which means, kita memang
diminta untuk menjadi pemimpin.
Sesuatu yang
diwajibkan tentu akan dimudahkan. Analoginya sama seperti ini, ketika
diwajibkan shalat, kita benar-benar dimudahkan dalam pelaksanaannya. Kalau ngga
bisa berdiri ya duduk, kalo ngga bisa duduk ya tidur, kalo ngga bisa juga,
dengan isyarat mata (kedipan) pun diperbolehkan. Kalo sampe berkedip pun kita
ngga bisa, saatnya dishalatkan..
Contoh analogi lain,
kita wajib menghirup oksigen --> kalo ngga, bisa mati karena kebutuhan
respirasi kita tidak terpenuhi.
Maka, Allah
memudahkan kita untuk mendapat oksigen secara gratis, bahkan kita ngga ada
istilah lupa minta oksigen sama Allah, karena udah pasti dapet. Perkara oksigen
semakin sedikit, itu mah salah manusia.
Jadi pada dasarnya
kita sudah diberi bakat sejak kelahiran kita, yang membedakan adalah
lingkungan. Pembentuknya, keluarga, dan juga sekolah.
Kalau sekarang kita
dalam masa sekolah, bisa hitung sudah berapa tahun kita berada di bangku
sekolah? Kalu dihitung hitung dari TK-SMA, mungkin sekitar 14 tahun ya? Lama
juga ya?
Kalau disuruh
mengingat ngingat, apa pendidikan yang sekolah berikan padamu? Pelajaran
akademis-kah? Sejauh mana berdampak pada
dirimu?
PENDIDIKAN BERKARAKTER
Pendidikan
berkarakter mulai dicanangkan oleh pemerintah, karena memang mulai dirasakan
penting. Tapi gimana aplikasinya ya? Apakah nantinya akan ada tambahan mata
pelajaran baru "Pendidikan Berkarakter"? Dengan tambahan jam, guru
dalam kelas? Apa yang kira-kira mau diajarkan? Apa bedanya dengan mata
pelajaran agama, atau Kewarganegaraan?
Idealnya, selain
memberi ilmu, guru juga mendidik. Bukan hanya berfokus pada "LULUS
UAN". Mari kita apresiasi guru-guru teladan yang mendidik kita dengan baik
:)
Dan tentang ekstrakurikuler, itu wadah yang paling pas buat mengaplikasikan ilmu-ilmu kehidupan. Karena kehidupan setelah selesai masa sekolah formal kita, itu keras, bung :) hehe
BUKAN LAGI UPACARA 17-an
Kalau 17 Agustus,
apa yang pada umumnya sekolah sekolah lakukan? Rasanya dari mulai TK hingga
SMA, semua melakukan upacara bendera. Sebetulnya itu membentuk budaya 'mau disuruh suruh, mau patuh'. Malah ada yang
pernah bilang, "kamu tuh disekolahin supaya gampang diatur!"
Nah ngaco ngga tuh?
Makanya kalo lihat
pemimpin-pemimpin hebat, dulunya biasanya mereka bandel
(menurut pendapat kebanyakan orang). Padahal yang bandel-bandel calon
pemimpin hebat tuh!
Hehe.
Ada salah satu
budaya menarik yang dibiasakan oleh suatu sekolah. Jadi sekolah itu ketika Hari
kemerdekaan RI 17 Agustus menghormati jasa para pahlawan dengan cara yang
berbeda. Mereka biasa menjadikan dirinya sebagai pahlawan itu
sendiri dengan cara berjalan jauh dengan perbekalan yang juga sedikit.
Guru-gurunya akan berkata : "Begini nih analogi pahlawan kita dulu, bahkan
dulu lebih berat." Nah dari situ akan terlihat mana anak-anak yang memang
semangat dan tidak berkeluh kesah serta anak-anak yang manja istilahnya. "Pak, nanti kalo ada ojeg, boleh naik
ojeg ngga?" hehe
DI JERMAN
Di jerman itu ngga
ada bimbel calistung. Mereka disibukkan dengan kegiatan melukis, dan
berekspresi. Nanti pun mereka menghadapi "UAN" atau ujiannya.
Keseluruhan fokus sekolah tidak ditujukan kesana, tapi memang dipersiapkan. Rasanya UAN bukan fokus utama.
Bagaimana menanamkan konsep
kepemimpinan dari tali sepatu?
Seorang anak tali sepatu nya selalu terlepas. Guru teladan ini kemudian membantu anak ini dengan mengikatkan kedua nya. Keesokan harinya terjadi lagi, dan guru ini masih membantunya. Namun selanjutnya, ketika tali sepatunya lepas lagi, sang guru hanya mengikat sebelah sepatunya saja, dan membiarkan sebelahnya lagi dilakukan oleh anak tersebut. Dan kau tahu? Keesokan harinya, sang anak dengan bangga berteriak, "Pak Guru, Kedua sepatuku sudah kuikat sendiri dengan benar !"
Seorang anak tali sepatu nya selalu terlepas. Guru teladan ini kemudian membantu anak ini dengan mengikatkan kedua nya. Keesokan harinya terjadi lagi, dan guru ini masih membantunya. Namun selanjutnya, ketika tali sepatunya lepas lagi, sang guru hanya mengikat sebelah sepatunya saja, dan membiarkan sebelahnya lagi dilakukan oleh anak tersebut. Dan kau tahu? Keesokan harinya, sang anak dengan bangga berteriak, "Pak Guru, Kedua sepatuku sudah kuikat sendiri dengan benar !"
Yah, sesederhana itu.. :)
Sisanya keasikan
ngedengerin, hehe
sedikit ada tambahan yang berupa opini :)
sedikit ada tambahan yang berupa opini :)
Resume dari radio MQ
FM 102,7 di pagi hari
10 April 2012
:)
No comments:
Post a Comment