Saya (hajah) berlindung pada Allah dari segala hilaf dalam menyebarkan sebuah ilmu. Kajian ini pasti hanya secuil dari inti yg dimaksudkan. Barusan diingatkan juga, oleh salah seorang guru, untuk lebih mendalami lagi maksud iman dan quran.
Kuttab al fatih adalah sebuah lembaga pendidikan untuk anak usia 5-12th yang menitikberatkan pada iman dan al-qur'an. (Baca baca aja di http://kuttabalfatih.com/) barusan aja saya juga tau nya. Ckckck. Sedikit reminder buat diri sendiri, cek semua yang mau kita share dengan benar, jangan sembarang ngeshare sekalipun itu terlihat baik.
Semoga bermanfaat ya, selamat membaca :)
* * * * *
Kajian bersama
Ustadz Budi Ashari, Lc.
Bazaar Madinah, 13 Desember 2014
Pola kita dalam mendidik anak-anak harus kita ubah.
Peran sekolah hanya sebagian saja dalam pendidikan anak, sisanya dilakukan oleh orangtua. Oleh karena itu, orangtua harus terus belajar untuk meningkatkan perannya dalam mendidik anak.
Iman sebelum Quran adalah tema utama di Kuttab. Bermula dari hadist Jundub bin Abdillah, konsep inilah yang menjadi panduan dalam mendidik generasi. Cara keluar dari kesesatan yang nyata ialah dengan memperhatikan urutan perbaikannya. Hal yang kita lakukan di Kuttab Al Fatih saat ini sebenarnya belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan peradaban Islam.
Hasil dari pendidikan yang langsung melompat ke Al-Quran (melewati iman) adalah munculnya penghafal Quran yang buruk keimanannya, akhlaknya, dan keilmuannya. Tidak semua sahabat Nabi hafal Quran, namun keimanan mereka kokoh dan teraplikasikan dalam kehidupan.
Seringnya, kita lebih mengapresiasi anak yang hafalannya banyak dibandingkan anak yang adab akhlaknya baik. Perlu pembenahan bagi anak yang hafalannya banyak namun moralnya buruk. Cobalah mulai memperhatikan keimanan anak anak, jangan hanya hafalan dan nilai akademiknya saja yang diperhatikan. Keimanan itu misalnya terlihat dari mulai tumbuhnya kecintaan terhadap Nabi dan orang beriman.
Orang tawakal itu ialah yang mampu menyeimbangkan antara Raja' (harapan) dan khauf (ketakutan). Raja' secara berlebihan berpotensi melanggar rambu syariat. Sedangkan khauf yang berlebihan akan menimbulkan ketakutan dan kelesuan. Modal utama kita adalah keyakinan. Terutama keyakinan akan janji Allah dan Rasulnya akan kebesaran dan kemuliaan Islam di kemudian hari.
Salah satu contoh dari keimanan: Khansa RA kehilangan 4 orang putranya sekaligus di perang Qadisiyah. Saat dikabari, Khansa hanya tersenyum dan berkata,"Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan syahidnya mereka."
Iman berbeda dengan karakter, bahkan ia melampaui karakter. Seseorang yang memiliki keimanan akan sangat kokoh dan stabil dalam menghadapi hidupnya. Bangsa ini sebenarnya berada dalam kebingungan besar, hendak dibawa ke mana generasi ini? Jika pemimpinnya memberikan teladan yang tidak baik, bagaimana dengan generasi di bawahnya?
Waspadailah syariat yang menjadi tren. Syariat itu punya pakem yang jelas, sedangkan tren senantiasa berubah mengikuti zamannya. Membangun sebuah keyakinan/itikad perlu usaha yang sangat besar. Inilah yang dahulu dilakukan oleh para sahabat, dan kita hendak mengikutinya.
Iman yang sudah memiliki bibit mudah diketahui, yaitu dengan memperhatikan lisannya. Lisan memiliki peran yang sangat besar dalam menghinakan atau memuliakan seseorang. Saat lisan baik, Insya Allah akan diikuti dengan amal perbuatan.
Di akhir, Ustadz Budi mengingatkan kembali jangan sampai kita salah fokus dalam melaksanakan kurikulum Iman sebelum Quran ini. Jangan sampai Al-Qurannya dikejar tapi imannya ketinggalan.
*Dikutip dari grup wa sekolah alam
* * * * *
Astaghfirullah.. Ya, pendidikan iman sebelum apapun. Pendidikan iman akan berhasil bila kedua orang tuanya beriman, atau benar2 berusaha menuju keimanan yang semakin meningkat.
Ya Allah, Jadikanlah kami orang orang yang senantiasa beriman dan mampu beramal shalih..
>,<
Bimbing fya ya kang, belajar sama sama :") mohon maaf ya harus banyak bersabar :"
No comments:
Post a Comment