Flashback.
Entah apa yang membuat saya menjadi teringat akan hal ini pada hari ini.
Ramadhan lalu, di malam-malam jelang idul fitri, seperti biasa keluarga besar kami berkumpul dan berbincang di ruang tengah rumah Mbah. Sederhana saja, di atas lantai dingin beralaskan karpet tua.
Kami anak-anak bertugas memijat, ya, saya sih amatiran. Tahukah apa yang saat itu terlintas di pikiran saya?
* * * *
Orang tua, lebih khususnya seorang ibu. Wanita yang dahulu pernah muda, yang pernah begitu cantik dengan fisik yang menarik. Menikah, hamil, melahirkan, menyusui, merawat tempat tinggalnya, merawat keluarganya. Perlahan ia akan menua, dan tentu berubah secara fisik. Perubahan fisiknya akan sangat jauh drastisnya, dibanding saya yang saat ini terkadang terlalu 'berisik' saat kulit semakin menggelap atau saat timbul jerawat.
Saat muda kini mungkin kau langsing, tapi setelah melahirkan, kau sudah siap bila badanmu menjadi gemuk?
Pekerjaan rumah yang begitu banyak mungkin membuat kau harus rela urat-uratmu lebih menonjol, otot-otot semakin kekar, kulit kasar, kulit kaki pecah-pecah?
Yah, memang begitu, bahkan lebih dari itu.
Maka benarlah, Allah tak mengukur kita dari seberapa cantik rupa kita.
Wahai perempuan,
Berdoalah semoga taqwa menjadi jatidiri terbaik kita, dan semoga Allah berikan pasangan terbaik untuk menjadi imam kita menuju-Nya.
Maka apalah arti cantik kini?
Mensyukuri yang Allah beri, merawatnya sebaik-baiknya, berjuang keras dalam keshalihan, shalihah :)
Kamar, 29 oktober 2014
Hajah Sofyamarwa R.