Ilustrasi (image source : pixabay.com) |
Kita menyalahkan mampatnya selang yang tak bisa mengalirkan air pada taman taman kehidupan kita.
* * *
Kerannya protes, tamannnya ikut protes.
Memang betul, sang selang terkesan tak mau berusaha membuka mampatnya. Aku serius, ini betul betul lebih sulit dari selang manapun yang kau tahu.
Maka wajarlah.
Maka wajarlah.
Namun semakin hari, Sang Keran semakin benci Selang, Tamanpun jadi benci Selang.
Untuk hidup, taman mendapat sedikit cipratan dari keran, namun tak sedikitpun melalui Selang. Ya, Taman bisa hidup, sekedar untuk tidak mati.
Setelah itu semua, Taman sadar bahwa sebetulnya itu bukan hanya salah Selang mampat. Taman pun sangat tidak pantas untuk membenci Selang. Menurutnya, sebetulnya Sang Keran itu sedang berkarat, tak mau untuk memutar diri untuk mengalirkan air dengan baik pada sang selang.
Maka taman mulai bicara pada Keran, dan bicara pula pada Selang.
Sang selang memang mampat dan harus berusaha membuka diri.
Sang keran memang berkarat dan harus mau mulai mengalirkan airnya lewat selang.
Siapa tahu dorongan air dari keran bisa meluluhkan selang yang mampat.
Sang keran memang berkarat dan harus mau mulai mengalirkan airnya lewat selang.
Siapa tahu dorongan air dari keran bisa meluluhkan selang yang mampat.
Begitulah,
Taman belum tahu cara lainnya, Taman hanya berusaha.
Wonosobo, 4 Agustus 2014
Personil Taman Kehidupan
Personil Taman Kehidupan
Kepikiran judul tambahan : Selang Mampat, Keran Berkarat, (Taman Sekarat) hehe
No comments:
Post a Comment