Dulu aku belum memutuskan untuk mencintai, namun kini, keputusan itu telah kuambil.
Ah tak seberapa, modal cintaku hanya alakadarnya. Tapi aku yakin, keputusanku untuk mulai mencintai --untuk mulai membaikkan mereka-- adalah sesuatu yang terbaik.
Ketika mencintai adalah sebuah kata kerja, jiwa pemalas ini mulai bergerak. Maka benarlah katanya, cinta menggerakkan yang buruk menjadi lebih baik. Cinta kemudian tercermin lewat tindakan, lewat perkataan, lewat candaan yang membahagiakan.
Seperti yang kau tahu, besar sekali energi yang diperlukan, dan mungkin akan dinilai sebagai ke-tidak-efisien-an kerja karena hasil yang tak kunjung nyata. Ah.. tapi siapa peduli? Kita kan tahu untuk apa, dan untuk siapa kita bergerak.
Kau tahu? Lambat laun, mulai kurasakan keajaiban itu. Tak sebesar letusan bom atom, yah, mungkin hanya sebesar percikan dari geretan korek api. Tapi yang selalu kuyakin hingga saat ini, aku jadi selalu punya bahan bakarnya.
Katanya cinta membutakan, aku sih belum sampai tahap itu (dan rasanya tak perlu ya). Hanya saja, memang terkadang kurasakan, saat memperjuangkan cinta, kita melakukan hal hal bodoh. Ya, bersedia "menjadi terlihat bodoh" demi cinta.
Ah sudahlah, sementara ini kau cukup tahu dulu ya. Mungkin nanti pada saatnya, kau mulai kuajak kerjasama, membangun cinta kan tak sanggup sendiri. Aku sudah merencanakannya kok, oke?
No comments:
Post a Comment