Hari Senin pagi, grup desain IP Bandung dapat request untuk membuatkan ucapan Berduka untuk Teh Ayu. Pelupuk mata entah kenapa tetiba becek diguyur air mata. Kabar duka seorang ibunda yang telah berjuang melawan penyakit kankernya.
"Maaf teh yang ini ngga bisa. T.T" kataku enggan.
Keluarga? Bukan
Saudara? Bukan
Teman Dekat? Bukan juga.
Saya hanya kenal beliau lewat media online ketika kami bersama dalam satu kelas Bunda Sayang IP bandung. Saat itu kami pernah satu kelompok, dan beliau begitu rajin menanyai saya yang selalu posting tantangan di injury time.
Tahu wajahnya? Tidak
Ingat wajahnya? Tidak
Tahu persis beliau siapa? Tidak.
Tapi entah mengapa di berbagai grup WA kami, kepergiannya menjadi perbincangan yang mengharukan.
Saya lalu mengunjungi laman facebooknya, Ayu Hilmawati.
Beberapa pesan terakhirnya berisi nasihat dakwah, sampai situ sudah saya berhenti. Mendengar ceramah Aagym yang di postingnya tentang berbicara. Kebetulan sepagi ini saya menghadapi suatu hal yang berkaitan dengan itu.
Dari situ saja teh ayu sudah mendapat pahala dakwah, meski telah tiada.
Saya lalu terpikir, apa yang akan saya tinggalkan nanti ketika kelak saya meninggal?
Profesi saya sebagai pedagang saat ini, apakah akan menjadi bekal baik bagi saya di akhirat nanti?
apakah orang yang melihat media sosial saya hanya akan berhenti scrolling karena penat melihat postingan saya yang isinya jualan saja? Ataukah orang orang tak ingat pada diri saya dan melewatkan diri saya dari setiap doa doanya? Naudzubillah.. T_T
Selain itu yang bikin airmata saya berderai (bahkan saya ngga pernah ketemu tapi nulis ini!), karena kesan baik yang ia tinggalkan dimanapun...
Wahai para istri cobalah lihat ini, kata kata dari sang suami yang ditinggalkan, bukan sumpah serapah atau hal buruk yang di katakan:
Allahu Akbar...
Saya jadi semakin paham, bahwa apa yang terpenting adalah bagaimana diri kita selalu berusaha memperbaiki diri dan melakukan yang terbaik demi ridha Allah, bukan demi ridha manusia. Yang terpenting Allah ridha, bagaimanapun sikap orang lain terhadap kita.
Saya menulis ini tanpa ijin dari siapapun, karena sangat ingin mengalirkan rasa, dan rasanya airmata tak berhenti keluar juga. Semoga keluarga juga berkenan saya menuliskan ini untuk pengingat diri.
Innalillahi wa inna ilaihi raajiun..
Semoga mendapat surga Allah yang terbaik, dan seluruh keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
Semoga kita semua dimatikan Allah dalam keadaan khusnul khatimah..
Aamiin Ya Allah..
Senin, 7 Oktober 2019
Hajah Sofyamarwa R.
"Maaf teh yang ini ngga bisa. T.T" kataku enggan.
Keluarga? Bukan
Saudara? Bukan
Teman Dekat? Bukan juga.
Saya hanya kenal beliau lewat media online ketika kami bersama dalam satu kelas Bunda Sayang IP bandung. Saat itu kami pernah satu kelompok, dan beliau begitu rajin menanyai saya yang selalu posting tantangan di injury time.
Tahu wajahnya? Tidak
Ingat wajahnya? Tidak
Tahu persis beliau siapa? Tidak.
Tapi entah mengapa di berbagai grup WA kami, kepergiannya menjadi perbincangan yang mengharukan.
Saya lalu mengunjungi laman facebooknya, Ayu Hilmawati.
Beberapa pesan terakhirnya berisi nasihat dakwah, sampai situ sudah saya berhenti. Mendengar ceramah Aagym yang di postingnya tentang berbicara. Kebetulan sepagi ini saya menghadapi suatu hal yang berkaitan dengan itu.
Dari situ saja teh ayu sudah mendapat pahala dakwah, meski telah tiada.
Saya lalu terpikir, apa yang akan saya tinggalkan nanti ketika kelak saya meninggal?
Profesi saya sebagai pedagang saat ini, apakah akan menjadi bekal baik bagi saya di akhirat nanti?
apakah orang yang melihat media sosial saya hanya akan berhenti scrolling karena penat melihat postingan saya yang isinya jualan saja? Ataukah orang orang tak ingat pada diri saya dan melewatkan diri saya dari setiap doa doanya? Naudzubillah.. T_T
"Ini chat sma temen diruang rawat nya teh ayu pas sakit..Masya Allah orang nya baik bgt." (teh Andini) |
Selain itu yang bikin airmata saya berderai (bahkan saya ngga pernah ketemu tapi nulis ini!), karena kesan baik yang ia tinggalkan dimanapun...
Wahai para istri cobalah lihat ini, kata kata dari sang suami yang ditinggalkan, bukan sumpah serapah atau hal buruk yang di katakan:
Alhamdulilah, almarhumah Ayu Hilmawati sudah dimakamkan di Cikutra. InsyaAllah Ayu husnul khotimah, Ridho suami didapatnya, "Ayu sangat sabar, sepanjang usia pernikahan belum pernah Ayu marah kepada saya" ucap suaminya berlinang air mata, Anaknya Balqis juga terlihat tegar.
Allahu Akbar...
Saya jadi semakin paham, bahwa apa yang terpenting adalah bagaimana diri kita selalu berusaha memperbaiki diri dan melakukan yang terbaik demi ridha Allah, bukan demi ridha manusia. Yang terpenting Allah ridha, bagaimanapun sikap orang lain terhadap kita.
Saya menulis ini tanpa ijin dari siapapun, karena sangat ingin mengalirkan rasa, dan rasanya airmata tak berhenti keluar juga. Semoga keluarga juga berkenan saya menuliskan ini untuk pengingat diri.
Innalillahi wa inna ilaihi raajiun..
Semoga mendapat surga Allah yang terbaik, dan seluruh keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
Semoga kita semua dimatikan Allah dalam keadaan khusnul khatimah..
Aamiin Ya Allah..
“Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah, irji’i ila rabbiki radhiyatam mardhiyyah (wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi diridhai-Nya),” (surat Al-Fajr: 27-28).
Senin, 7 Oktober 2019
Hajah Sofyamarwa R.
Sudah dimakamkan tadi. Di samping makam ayahnya.. |
No comments:
Post a Comment