Tuesday, September 29, 2015

Proses Melahirkan Sesar Anak Pertamaku

8 September 2015
Sekarang masih pukul 5 sore, masih ada sisa waktu. Masih ada sisa waktu untuk memutuskan, apakah aku setuju untuk di sesar malam itu juga atau tidak.
Sebetulnya tak ada yang salah dengan sesar, hanya saja, selama 9 bulan kehamilan ini, aku sampai "terlupa" menyiapkan mental untuk menghadapi kemungkinan apapun selain normal pada masa melahirkan, termasuk jika harus sesar.

Pasalnya, selama 9 bulan rutin kontrol kehamilan, alhamdulillah kondisinya selalu baik, dan dikatakan insyaallah bisa normal. Do'a ku pun begitu.
Aku dan suami berencana menggunakan fasilitas bpjs dari kantor, maka kami sudah mengusahakannya dari jauh jauh hari. Hingga bila terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan, kami tak perlu menambah daftar kepusingan terkait biaya. Tak perlu lah ingin mendapat fasilitas mewah kelas 1 bintang bintang bersinar di rumah sakit, bila konsekuensinya kondisi janinku harus tidak baik, betul kan? Cukup lahiran normal di bidan atau klinik (faskes 1), semua sehat, selesai. Begitu do'a kami.

Ketika harus memutuskan
Aku adalah seorang yang didominasi perasaan. Maka jujur saja, ketika seluruh keluarga membantuku untuk mempertimbangkan banyak hal, dalam lubuk hatiku yg terdalam aku masih ingin mencoba untuk lahiran normal. Namun akupun pernah besar dalam lingkungan sains (waktu di biologi) yang berdasar data dan fakta objektif, jadi bukannya aku baper mulu terus ngeyel, aku cuma masih ingin tahu kondisi mata minus ku, masih ingin diambil lagi data CTG janinku. Maksudku, itu kan hasil tadi siang, sore ini setelah resusitasi ada perubahan ga?
Suster kemudian memeriksa denyut jantung janinku dengan dopler biasa, sekali waktu 140an, sekali waktu 170an. Mengagetkan. Katanya itu abnormal, tapi aku berpikir mungkin itu efek dari aku yang masih shock, jadi masih berharap lahiran normal aja.
Ah, saat itu aku berharap sekali pernah belajar tentang dopler janin, penggunaan ctg dan pembacaan data ctg. Tapi ya sudah, karena ada yang lebih paham, tentu kupercayakan saja.

Sesar VS Normal
Aku bukannya takut sakit kalau di sesar. Sudah banyak cerita kalau sesar itu kita dibius, prosesnya cepat, tidak sakit (saat operasinya), dan magic.. bayi mu sudah lahir :) memang akan berbeda pada fase pasca lahirannya, begitulah.
Hanya itu tadi, aku masih shock, ingin lahiran normal saja, dan merasa ini belum waktunya.
Mengikuti naluri seorang ibu? Bisa apa naluriku saat ini, aku belum punya naluri yang kuat terkait ini, dan akupun tak bisa gambling dengan memaksakan keinginan sendiri sementara janinku dalam kondisi yang kurang baik (faktanya, hasil CTG siang itu memang sangat kurang baik, kata teman teman dokter kakakku juga). Maka setelah proses panjang, aku cuma minta waktu sebentar untuk shalat magrib dan isya untuk memberikan keputusan.

Bersiap Operasi
Aku digiring (?) dengan kasur dorong ke ruang operasi setelah sebelumnya dipasangi kateter. Memasuki ruang operasi, jilbab berganti penutup kepala, dan baju berganti pakaian khusus operasi. 

Seusai berdoa bersama suamiku, tim medis membawaku ke ruang operasi, mengajakku ngobrol menanyakan hal-hal yang tak ingin kujawab saat itu semacam "rumahnyaa dimana bu.. di kampung apaa.. oooh sekarang di rumah orangtua dulu yaaa...." dan setelah itu rupanya aku tak sadarkan diri (baca : tidur!).

21:49, Hello my babyboy !
Mataku terbuka, lampu besar khas ruangan operasi yang biasanya cuma bisa kulihat di tipi tipi, kini menyapaku. Tak lama, terdengar suara tangisan bayi. Allahu akbar.. alhamdulillah.. "selamat ya bu, bayinya laki laki.."
Saat kesadaran mulai terasa, disaat sepertinya tim medis sedang memperbaiki kondisi perutku, aku baru berpikir dan panik.
Hah, udah selesai?!
Hajah : "Loh doook, tadi saya ketiduran ya? T__T
Dokter : "iya buu, gimana sih bu malah tidur.." (bercandaan)
H : "haaa, ko ngga dibangunin dok? T__T
D : wah udah dibangunin bu.. ibunya ngga bangun bangun.. (bercandaan)
H : *nangis bombay* T__T

* * * * * *

Setelah operasi selesai, diketahui bahwa sang janin ternyata lehernya terlilit tali ari ari 2x.
Allahu akbar..
tak perlu berandai andai, tak perlu menyesal, tak perlu berusaha melampaui apa kehendakNya, alhamdulillah, putera kami lahir dengan selamat sehat wal afiat.
Hari Selasa, 8 september 2015 pukul 21:49 dengan berat 3,3 kg, panjang 50 cm.

Dan setelah itu saya tetep nangis bombay dengan rasa campur-campur :"""))

Ditulis 29 September 2015
Haidar genap berusia 3 pekan
Tulisan sebelumnya : hari menjelang kelahiran (1)


No comments:

Post a Comment