Jadi ada suatu masa
dimana Rasulullah SAW diajak kompromi sama petinggi-petinggi kaum Quraisy,
(Walid bin Mughirah, Aswa bin Abdul Mutahalib, dan Umayyah bin Khalaf)
Ceritanya mereka menawarkan suatu perjanjian pada rasul
terkait kehidupan beragama yang mereka jalani
Mereka menawarkan,
Selama satu tahun,
mereka akan menyembah tuhan yang Muhammad Sembah, dan
Di tahun berikutnya,
Muhammad dan kaumnya lah yang harus menyembah tuhan mereka.
"Kalau agama Muhammad yang benar, kami tentu untung. Dan kalau agama kami yang benar, Muhammad pun akan untung," begitu katanya.
Sepintas, rasanya
biasa saja. Toh kedua belah pihak tidak saling dirugikan karena mendapat
konsekuensi yang sama.
Tapi, benarkah?
Kalau begitu, dimana letak keimanan kita?
Saat itu Muhammad
dengan tegas menjawab:
"Aku berlindung kepada Allah dari Perbuatan menyekutukan-Nya"
Dan kemudian
membacakan surat Al-Kaafiruun, yang menegaskan penolakan sikapnya.
Oh, ya Rasul :)
* * * * *
Sebuah potongan kisah
yang singkat, tapi sedikit mengetuk pikiran saya.
Bayangkan bila saat
itu Muhammad menyetujui tawaran itu
Bayangkan bila
Muhammad adalah seorang yang oportunis yang hanya menginginkan keamanan bagi
dirinya sendiri
Bayangkan bila aturan
Islam memperbolehkan adanya percampuran keyakinan (aqidah)
* * * * *
Kalau saat itu Rasulullah menyetujuinya, bisa jadi Islam yang kita dapatkan saat ini bukan islam
sesungguhnya, karena akan terdapat suatu campur
tangan manusia.
Tapi toh itu tidak
terjadi kan?
* * * * *
Ide tulisan ini
berawal dari buku tafsir al-qur'an kontemporer-nya
Ustadz Aam Amirudin, pada surat Al-kaafiruun. Sangat jelas bahwa dalam surat
ini, sarat dengan ketegasan. Inilah toleransi dalam beragama yang sesungguhnya. Hidup
berdampingan dan saling tolong menolong dengan kaum agama yang lain, namun
tidak dalam hal aqidah. Tidak ada paksaan, tidak ada paksaan untuk mengkhianati
agama yang sudah diyakini.
Tidak bermaksud
berandai-andai,
Saya hanya memikirkan
ini sebagai kelanjutan dari pemikiran saya yang lain mengenai :
Alasan-alasan mengapa
harus bersikap tegas dalam beragama.
Bukan kaku atau tidak
toleransi, namun dengan prinsip yang dipegang teguh, sebetulnya dari sanalah
pesona Islam terpancar.
Selama ini terkadang
saya melakukan toleransi-toleransi yang setelah dipikir-pikir kurang tepat.
Katakanlah," Hai orang-orang kafir !Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah.Dan tiada (pula) kamu menyembah Tuhan yang aku sembah.Dan aku bukan penyembah apa yang biasa kamu sembah.Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah.Bagimu agamamu dan untukku agamaku."(109:1-6)
Dalam gagasan #1
mengapa harus tegas?
image source: http://www.wallpaperseek.com/blog/tag/sun-rise-wallpaper/
No comments:
Post a Comment