Wednesday, July 13, 2011

Mawar Putihnya Tidak Lagi Seindah Biasanya..


Di sini saya ngga bahas filosofi bunga mawar putihnya sih, saya cuma share pengalaman aja, saya ngga jago ngomong yang begituan. hehe

Siapa yang tidak suka bunga mawar putih? Apalagi yang sudah manis terbungkus plastik bening, sebagai simbol ketulusan dan romantisme kawula muda. Buket bunga yang biasa dipersembahkan sang tercinta. Biasanya si penerima akan berbunga-bunga hatinya mendapati sang terkasih memberikan bunga itu kepadanya.

Entah kenapa siang itu lain. Saya melihatnya dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Ketika itu Soekarno-Hatta macet total, melalui satu jam perjalanan karena ada acara wisuda sebuah perguruan tinggi. Sambil terkantuk-kantuk di angkot, saya lihat seorang bapak tua membawa pot besar berisi tumpukan buket mawar putih yang masih banyak. Ya, bapak tua berwajah teduh, penjual mawar. Sejenak saya pikir biasa saja, namanya juga memanfaatkan momen untuk mencari sedikit tambahan makanan untuk membuat lambungnya bekerja.

Tapi kemudian saya mulai berpikir mengapa buketnya masih banyak? Bagaimana kalau tidak habis? Bisa tahan berapa lama sampai bunga harus layu? Anak istri nya diberi makan apa? Bisakah mawar putih menjadi lauk untuk makan?

Langsung saya palingkan wajah dari sosok beliau, rasanya saya jadi melankolis dan berpikir lebih dalam.
Baru kali itu saya melihat mawar putihnya tidak lagi seindah biasanya..

12 juli 2011
@ ruang tengah atas
01.15

No comments:

Post a Comment