Bismillah..
Kali ini aku pengen sharing tentang apa yang kudapat dari film Ngeri-ngeri Sedap. Buat pecinta film ber-genre keluarga kaya aku, film ini RECOMENDED sih menurutku. Plusnya, aku yang blasteran suku Jawa-Sunda ini jadi agak sedikit tahu mengenai adat dan tradisi Batak. Aku suka banget! <3
Film ini bahas keluarga yang sudah cukup matang, sudah bukan anak-anak lagi. Memang belum ada yang menikah dari anak-anaknya, tapi buat aku, cukup jadi pengingat dan refleksi diri tentang "akan menjadi orangtua yang bagaimanakah aku kelak?"
Mungkin aku ngga akan terlalu bahas isi filmnya ya, spoiler tipis-tipis ngga apa-apa ya hihi. Tentunya, better nonton sendiri ya. Aku pengen nulisin pelajaran/insight yang kudapat dari film yang sedang tayang di Netflix ini
1. Pentingnya sosok Suami dan Bapak untuk dekat dan bersahabat dengan anak-anaknya, juga istrinya.
Kalau dilihat memang usia Orangtua di film ini adalah generasi babyboomers yang bisa dibilang masih sangat konservatif dan memegang adat. Mereka yang masih minim ilmu parenting-parentingan sehingga hubungan antara anak dan Bapak masih sangat kaku. Fenomena Bapak yang "harus selalu ditaati" cukup terasa, namun minim koneksi dengan anak. Diperlihatkan bahwa efeknya adalah anak jadi enggan pulang ke rumah orangtua karena "males" selalu dikoreksi dan ngga dimengerti.
Jenis hubungan yang kulihat dan Pak domu dan mak domu ini sebetulnya unik. sampai punya "ide gila" itu juga saat menjalaninya malah kagok hihihi. "Lembutnya" hati seorang suami/ayah akan berdampak sangat besar pada anak dan istrinya.
2. Ibu yang rindu sama anak-anaknya dan berani mengekspresikannya
Aku di masa sekarang ini anak masih kecil-kecil belum dewasa dan ngerantau, belum ngerti deh gimana rasanya. Tapi aku belajar dari mak domu ini, bahwa kalau rindu ya sampaikanlah kerinduan itu sama anak-anak. Biar anak tahu betapa ia dirindukan orangtuanya, betapa orangtuanya sedang merindukannya. Cinta dan kasih sayang itu bukan hanya dalam hati, tapi perlu diekspresikan melalui kata-kata dan aksi.
3. Anak-anaknya sebetulnya so sweet dan care sama orangtuanya
Meski mereka tersebar di luar kota (bahkan pulau), tapi ketika ada kabar "menggemparkan", mereka kompak untuk pulang dan membantu orangtuanya untuk memecahkan masalah. Kalau anak ngga "baik" sih bisa aja memilih untuk apatis dan ngga peduli ya. Mereka mau ngusahain bantu orangtua mereka dengan cara yang baik dan dewasa. Patut diapresiasi ya!
4. Pahami latarbelakang dari keputusan yang diambil anak
Setiap anak sebetulnya punya misi tersendiri yang udah Allah takdirkan. Orangtua wajib mengarahkan, mendampingi, namun sebagai manusia tak bisa sepenuhnya mengendalikan manusia lainnya. Seiring bertambahnya usia anak, sangat mungkin terjadi perbedaan pandangan yang bila tak orangtua iringi akan menjadi hal yang "mengagetkan". Bila ada hal-hal yang memang bersebrangan dengan prinsip keluarga, tradisi, agama, value atau hal lainnya, diskusi yang sehat sangat dibutuhkan. Sekedar melarang tanpa memahami latarbelakang anak mengambil suatu pilihan justru akan membuat anak semakin jauh.
Kalau dalam film ini diceritakan adanya ketidaksetujuan orangtua terhadap pilihan anaknya : anak yang mau menikah dengan suku yang berbeda, anak memilih profesi yang tidak disukai orangtua, dan anak yang tak kunjung pulang karena malah merawat "orangtua" lainnya.
5. Hak perempuan untuk mengemukakan pendapat
Dalam berbagai budaya, juga aturan agama, yang kupahami memang perempuan itu diwajibkan tunduk taat pada suami. Namun untuk mewujudkan pernikahan yang berkah tentu kenyamanan dalam mengemukakan pendapat sewajarnya perlu diperhatikan. Seseuatu yang terlalu ditekan, bila tak diatasi dengan baik, suatu saat akan meledak. Sebetulnya hal ini berlaku baik untuk perempuan maupun laki-laki ya. Juga orangtua maupun anak-anaknya.
6. Pentingnya orangtua mengenal anak lebih dalam
Kadang orangtua ngga sadar apa kesukaan, keinginan, bakat, dan perkembangan jiwa anaknya. Dalam film ini, contohnya saat sang Bapak ngga suka dengan pilihan karir anaknya (gabe) menjadi komedian, padahal sang Bapak juga termasuk yang paling lucu banyolannya. Tokoh Sahat (anak terakhir) juga ternyata begitu berarti & bermanfaat di kampung tempat ia bekerja. Ia bahkan mendapatkan banyak pelajaran hidup dari sosok tetua yang ada di tempat tinggalnya di Jawa.
7. Yang terpenting bukan apa yang terlihat di luar, melainkan bagaimana yang sebenarnya di dalam
Keluarga Pak Domu ini sempat dijadikan percontohan keluarga harmonis bagi keluarga lainnya di tempat ibadahnya, Ada scene saat pak Domu meminta Mak Domu merangkul tangannya saat di depan orang lain, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Hikmahnya buatku, ya setiap keluarga punya ciri khas, baik itu hal bagus yang bisa dicontoh, ataupun permasalahan masing-masing. Tentunya menjaga marwah keluarga juga hal yang penting dan baik. Terpenting adalah berfokus untuk benar-benar baik di dalam hingga kebaikannya bisa terpancar ke luar.
8. Sosok Bapak yang "curhat" kepada Ibunya saat ada masalah
Ini menarik sih ya, di balik "keras"nya watak sosok Bapak di film ini, masih ada kesempatan ia untuk akhirnya "curhat" kepada Ibunya sendiri meski ia sudah berumur. Kebanyakan dari kita, semakin dewasa semakin "gengsi" untuk menceritakan permasalahan-permasalahan hidup kita pada orangtua. Berkeluh kesah pada orang yang tepat itu boleh kok ya, karena manusia memang makhluk yang suka berkeluh kesah, bukan? Setelah itu jernihkan pikiran dan ambil keputusan yang terbaik.
9. Mau menyadari, mengakui kesalahan dan meminta maaf itu tidak menurunkan derajat, justru membuka jalan kebaikan
Sebetulnya dalam sebuah keluarga/pernikahan, karena semua saling memberi pengaruh, maka kita memang tidak bisa menyalahkan pihak manapun. Namun, dari melihat film ini, aku melihat bahwa kunci dari segala permasalahan adalah ketika sosok Bapak mau "mendengarkan" apa yang istri dan anaknya sampaikan. Fitrah ayah sebagai imam memang menjadi pengambil keputusan dan setiap anggota keluarga butuh taat, namun pemimpin yang baik tentu bisa mengayomi jiwa-jiwa orang yang dipimpinnya.
Secara budaya aku jadi tahu kalau di tradisi batak itu.. (cmiiw)
1. Usahakan menikah dengan dengan yang satu suku untuk menjaga tradisi
2. Anak lelaki merantau, tetapi anak terakhir tidak merantau dan ia yang bertugas merawat orangtua
3. Motif ulos berbeda-beda dan dipakai di momen yang berbeda
4. Ada upacara adat Sulang-sulang Pahompu : pengukuhan adat pernikahan Batak Toba
5. Ada budaya kumpul di Lapo : warung ngobrol santai, menyanyi, dkk
6. Ketika ada permasalahan suami istri dan istri sampai pulang ke rumah orangtuanya, istri harus dijemput oleh suami dan anak-anaknya (keluarga)
Bagus banget sih film semacam ini buat generasi muda, jadi bisa kenalan sama budaya-budaya lewat media yang menyenangkan :D
Nah, insyaallah segitu dulu ya, nanti kalau ada aku tambah-tambah lagi.
Mau ngerjain tugas lain dulu, hihi.
Kalau ada rekomendasi film keluarga yang bagus lagi, berkabar ya!